Sabtu, 21 September 2013

Red Color (Part 2)




Title                 :           Red Color
Author             :           Kania Dinata
Main Cast        :           - Lee Ji Eun
- Kim Myung Soo
Genre              :           School Life, Romance


DON’T BE A PLAGIATOR!


23 Desember 2011

Tap..
Tap..
Tap..
“ayah.. ibu terima kasih!” aku bersorak gembira ketika kami keluar dari toko elektronik yang berada di pusat kota.
“bukankah ibu yang seharusnya meminta maaf karena terlambat membelikan mu dan Jihoo ponsel?” wajah ibu kembali merasa bersalah. Uh.. seharusnya aku tidak mengatakan hal ini lagi.
“tidak, ini tidak terlambat ibu. Aku sangat senang, kau juga kan Jihoo?” aku menyikut lengan Jihoo.
“tentu saja, ini adalah ponsel pertama kami” seru Jihoo dengan senang, ia juga sangat bahagia sama seperti ku. Bahkan ia terus menerus memandangi kotak ponsel yang ayah pegang.
Seakan tahu sikap Jihoo, ayah berkata “kau ingin melihat nya lagi dan membawa nya sekarang?”
Tatapan Jihoo berubah menjadi sangat-sangat bahagia, ia cepat-cepat menganggukan kepalanya. Langsung saja, ayah membuka bungkus kardus yang berisikan ponsel keluaran 2010 yang kala itu sangat digemari semua kalangan karena itu adalah ponsel yang digunakan Go Mi Nam, Hwang Tae Kyung, Kang Shin Woo dan Jeremy di dalam suatu drama yang benar-benar populer ‘You Are Beautiful’ dan aku termasuk salah satu penonton setia dari drama itu. Ya.. walau ponsel ini populer satu tahun yang lalu, dan sekarang telah tergantikan oleh ponsel populer seperti yang dipakai Lee Min Ho dan Park Min Young saat mereka bermain drama ‘City Hunter’, aku tahu itu karena aku.. adalah salah satu penonton setia drama tersebut.
Kami, aku dan Jihoo benar-benar bahagia memegang ponsel pertama kami. Walau sekarang harga nya benar-benar jatuh, sudahlah aku tidak peduli tentang itu. Yang penting, sekarang aku memiliki sebuah ponsel cantik! Persis seperti Go Mi Nam punya!
“Jieun, kalian tunggu di halte bus terdekat ya. Ibu dan ayah akan membeli beberapa makanan ringan untuk dirumah, jaga Jihoo ya” ibu ku tersenyum, walau senyum nya sangat kaku karena dingin. Ya, hari ini adalah hari dimana musim dingin tiba, suasana natal sudah mulai marak.
“hey ibu! Apa kau tidak lihat, tinggi ku sudah melebihi tinggi kakak! Jadi seharusnya, aku yang menjaga kakak, bukan dia yang menjaga ku!” Jihoo tampak protes, ia tidak terima dengan itu. Ia menganggap dirinya sudah dewasa. Aku tersenyum, ternyata Jihoo benar-benar menyayangi ku.
“baiklah, Lee Ji Hoo kami yang tampan yang sudah dewasa ini akan menjaga kakak mu Lee Ji Eun” aku dan Jihoo tersenyum mendengar perkataan ayah tadi.
            Dan akhirnya, ayah dan ibu berjalan menjauhi kami. Sepertinya mereka berdua mengenang masa lalu mereka yang indah, sebelum aku dan Jihoo di lahirkan. Sekali lagi, ayah.. ibu.. terima kasih sudah membelikan ku ponsel.
“kau seperti Kang Shin Woo” tawa ku setelah melihat ponsel adik ku yang benar-benar sama dengan yang digunakan Jung Yong Hwa saat ia memerankan Kang Shin Woo di drama ‘You are beautiful’
“tentu, aku kan tampan” ia tertawa
“tentu, kan kakak nya cantik” goda ku
“tidak!”
“ahh baiklah aku mengalah”
“kak, coba kesini”
“ada apa?” ia menarik pundak ku, dan akhirnya jarak kami sangat dekat, aku menatap nya bingung
“aku ingin foto kita menjadi foto pertama di ponsel pertama ku” jawab nya sambil tersenyum. Senyuman paling manis, yaitu adik ku.
“baiklah” jawab ku haru.

KLIK..

            Hasil foto itu, sangat manis. Kami, aku dan Jihoo tersenyum senang. Bahagia. Kami berdua tidak tahu apa yang harus dikatakan selain kalimat ‘terima kasih’ pada kedua orang tua kami.
“aku ingin ada foto ayah, ibu, dan Jihoo” sahut ku setelah terdiam menatap hasil foto yang berada di ponsel Jihoo yang sedang ku pegang.
“baiklah, berikan ponsel mu! aku akan mengambil foto ku sendiri” Jihoo langsung merebut ponsel ku dari kantong sweater putih yang kugunakan
“hey Jihoo kembalikan! Jangan membuat foto yang aneh! Kau membuat ku malu!” teriak ku, Jihoo berlari berusaha menghindari ku. Tentu saja aku mengejarnya, dan kami berdua berhasil membuat pusat perhatian di sepinggir jalan. Aku hanya dapat tertawa bahagia, begitu juga dengan Jihoo. Aku mengingat masa kecil kami yang cukup menyenangkan, aku melihat kaki-kaki kecil milik Jihoo beberapa tahun lalu kini sudah menjadi kaki yang jenjang. Aku baru sadar, kami berdua sudah cukup dewasa. Seperti nya, baru kemarin orang tua ku mendaftarkan ku di sebuah taman kanak-kanak. Dan hari ini, detik ini ternyata aku telah menginjakkan kaki ku di kelas satu Sekolah Tinggi.

Bruk..

            Tanpa sadar aku menabrak adik ku yang berhasil membuat satu selca (self camera) di ponsel pertama ku. Dan yang membuat ku terkejut, ponsel ku terjatuh dari tangan Jihoo. Dan..

Kretek..

            Sebuah ujung tajam high heels berukuran 6 cm itu mendarat di ponsel putih milik ku. Terlihat, layar touch screen ponsel itu retak. Aku hanya dapat terdiam kaget, entah apa yang harus ku lakukan. Itu.. ponsel pertama milik ku.
“Oh.. sorry” kata wanita pemilik high heels 6 cm itu dengan aksen Inggris yang memang baik.
“kau! Cepat ambil ponsel milik kakak ku! CEPAT! KAU TELAH MERUSAK NYA!” Jihoo berteriak tepat di depan wajah wanita itu, ia adalah tipe orang yang emosional. Ia terlalu mudah marah. Aku berusaha menenangkan nya.
“Jihoo, sudahlah ini tidak apa-apa” aku berusaha mengambil ponsel ku yang tergeletak lemah di tanah
“jangan ambil jika harga diri mu tidak ingin jatuh” Jihoo memegang lengan ku, menghalangi ku untuk mengambil ponsel
“hey bocah, kau tidak perlu banyak bicara seperti itu. Biarkan kakak mu ini yang mengambil ponsel ini, lagi pula ponsel ini.. hh bukankah ini ponsel murah? Aku bisa membelikan berapa yang kalian mau” sakit, kalimat wanita itu membuat ku dan Jihoo merasa tidak berharga, sangat murah. Mata Jihoo memerah, tidak terima akan pernyataan wanita itu.
“kau.. wanita brengsek!” tangan Jihoo mengepal, tangan nya ingin sekali mendarat di pipi mulus wanita itu.
“LEE JI HOO HENTIKAN!” aku segera memeluk Jihoo dari belakang, berusaha menahan emosi nya yang terbakar.
“KAK! APA KAU TERIMA DIKATAKAN SEPERTI ITU! DIA BENAR-BENAR HARUS DI BERI PELAJARAN!” Jihoo berusaha memberontak, walau tubuh ku kecil aku berusaha menahan tubuh nya sekuat tenaga.
“TAPI DENGAN CARA INI AYAH DAN IBU AKAN MARAH DAN KECEWA MELIHAT PERILAKU ANAK NYA!” aku marah, aku membentak nya, aku..
“maafkan aku Jihoo” dengan cepat, aku meminta maaf. Aku takut, aku takut jika Jihoo tersakiti akan kalimat ku tadi.
“…”
“hah.. drama macam apa ini. Dimana kedua orang tua kalian? Seharusnya bocah-bocah seperti kalian kembali ke rumah, tidak sebaiknya berkeliaran malam-malam seperti ini” wanita itu mengatakan dengan penuh keangkuhan, ia menyibakan rambut nya yang digerai panjang sebelum ia menjauhi aku dan Jihoo.
“kak.. maafkan aku” Jihoo melepaskan kedua tangan ku yang melingkar di perut nya.
“aku yang seharusnya meminta maaf” suara ku bergetar, aku tidak ingin melihat adik ku sedih karena ku. Jihoo mengambil ponsel putih milik ku, lalu meletakkan nya di tangan ku.
“ku mohon.. jangan beritahu apa yang terjadi hari ini pada ayah dan ibu” pintaku pada Jihoo, awalnya Jihoo tampak tidak setuju, setelah melihat wajah ku.. akhirnya ia setuju. Entah apa yang difikirkannya.
“baiklah, tapi berjanjilah padaku agar kau mengatakan apa yang terjadi hari ini suatu saat nanti. Ingat kata ayah dan ibu, jangan menjadi manusia pembohong” aku tersenyum, Jihoo adalah harta ku. Ia adik laki-laki ku yang paling sempurna, aku menyanyangi nya.
Aku menganggukan kepala ku “ tentu!” jawab ku mantap, sekilas aku melihat wanita brengsek itu memasuki mobil mewah yang jarak nya tidak jauh dari tempat kejadian tadi.


-Red Color-


“ibu!”
“apa?”
“apa yang sudah kau lakukan pada mereka?”
“kau! Sejak kapan kau peduli dengan orang-orang yang berada di pinggir jalan seperti itu?”
“ibu terlalu merendahkan orang!”
“apa peduli mu! Kim Myung Soo, sadarlah. Kau adalah pewaris besar perusahaan ayah mu! tidak penting untuk memikirkan nasib orang-orang miskin seperti mereka”
“ibu benar-benar jahat!”

PLAK!

Supir yang berada di mobil mewah itu pun melihat kejadian ini dengan seksama. Bahkan tidak ada momen yang tidak dilihatnya. Istri dari orang terkenal pemilik salah satu perusahaan entertainment terbesar di Korea Selatan ini menampar pipi anak nya, Kim Myung Soo.
“kau! Apa yang kau lakukan selama tadi? Untuk apa aku merekrut supir lemah seperti mu, mengapa kau tidak bisa menjaga Myung Soo dengan baik? Hampir saja ia keluar dari mobil, aku bisa mati!” wanita itu menatap supir itu dengan tajam.
“maaf nyonya”
“lain kali jangan seperti itu!” bentak wanita itu lagi. Anak nya, menatap tajam supir yang tengah mengendarai mobil mewah ini kekawasan Gangnam.
“ibu terlalu kasar!”
“diam kau Myung Soo!”
“paman! Jangan dengarkan kata ibu tadi! Ibu benar-benar kasar!” Myung Soo membela supir itu, supir itu tersenyum lega.
“jangan beritahu apa yang terjadi pada ku dan Myung Soo pada siapapun! Atau kau.. akan ku pecat!” ancam wanita kasar itu pada supir nya.
“aku tidak suka ibu” gumam Myung Soo.


-Red Color-


12 Januari 2012

“Lee Ji Eun”
Gadis bernama Lee Ji Eun itu pun mengangkat sebelah tangan nya, menandakan ia hadir dalam kelas itu. Berhari-hari, kegiatan yang ia lakukan hanya seperti ini. Bosan, Ya. Sedih, Tidak juga. Ia sebenarnya ingin mendapatkan sesuatu yang indah, menyenangkan. Tapi.. entahlah sepertinya tidak bisa.
“aku berangkat!”
“hati-hati”


“aku pulang”


“aku berangkat!”
“Jieun bawa kotak nasi mu!”


“aku pulang”


“aku berangkat”
“Jieun, ajak Jihoo bersamamu”


“aku pulang”


“aku bosan, aku selalu mengatakan itu setiap saat. Dan seperti nya, aku melakukan hal itu berulang kali” Jieun, ia menguap keras ketika ia berjalan menuju sekolah nya.
“aku tahu itu” jawab Jihoo datar.
“ternyata menjadi dewasa itu tidak menyenangkan”
“benarkah?”
“ya! ku kira duduk di kelas 1-10 ini menyenangkan! Ternyata tidak sama sekali!”
“aku pergi” Jihoo mengambil arah berbeda dari Jieun, sudah setahun yang lalu ia tidak berangkat bersama dengan Jieun.
“Lee Ji Hoo! Hati-hati!” teriak Jieun dari jauh.
“bahkan.. ketika aku ingin bercerita tidak ada orang yang ingin mendengarkannya. Apa perlu aku berkunjung ke salah satu psikologi di kota ini?” gumam Jieun, blazer sekolah nya ia eratkan. Lalu, kembali berjalan menuju sekolah nya.


-Red Color-


“Kim Myung Soo! Dimana Kau!” teriak wanita berpakaian mewah.
“ada apa bu?” suara itu muncul dari atas, Myung Soo tampak mengantuk. Ia pasti baru bangun.
“apa yang kau lakukan? Cepat bersihkan dirimu! Kau akan segera kursus bahasa, musik, dan juga bertemu salah satu teman ayah mu”
“TIDAK! Aku tidak ingin dijodohkan dengan wanita-wanita murahan seperti itu!”
“KIM MYUNG SOO! APA YANG KAU KATAKAN! JAGA CARA BICARAMU!”
“aku ingin bermain bola” Myung Soo berlari menjauhi ibu nya.
“pelayan cepat tangkap dia! Ambil bola yang ditaruh nya di guci, dibawah sofa, dibawah tempat tidurnya, lemari nya, dan di dalam kamar mandi nya!” suruh wanita itu.
“cih.. ibu benar-benar hafal!” desis Myung Soo. Ia ingat ketika ia bermain bola diam-diam di ruang tamu, ketika itu keluarga besarnya tengah mengadakan acara. Ayah dan ibu nya sibuk melayani tamu yang datang. Ia sangat senang bermain bola, tapi hal yang disukai nya adalah hal yang paling dibenci oleh ibu nya. Ia selalu menyembunyikan bola sepak di dalam guci besar yang berada di ruang tamu besar milik keluarganya. Dan beberapa minggu kemudian, kegiatan Myung Soo itu telah diketahui oleh ibu nya. Dan akhirnya, ibu nya melarang nya bermain, dan menyuruhnya fokus untuk belajar menjadi pewaris perusahaan.


“tuan muda.. intonasi nya salah. Seharusnya kau menekan bilah yang disini”
“aku tidak ingin bermain piano”


“tuan muda, bisakah kau lebih berkonsentrasi? Bahasa inggis mu menurun, nanti bagaimana jika kau berkomunikasi dengan orang luar?”
“aku tidak peduli”


“Kim Myung Soo, ternyata tampan ya. Perkenalkan nama putri ku Jung Jin Ah”
“hay.. perkenalkan nama ku Jin Ah. Aku putri tunggal pemilik perusahan tambang emas di Negara ini”
“oh ya?”
“Kim Myung Soo! Jaga bicara mu!”
“aku tidak tertarik dengan wanita yang mengincar harta keluarga ini”


“tuan muda, kau mengambil kunci yang salah. Gitar ini tidak akan bunyi dengan baik”
“aku bosan dengan ini”


“tuan muda, bisakah kau fokus dengan nada bicara nya? memang terdengar mirip, tapi kau harus berusaha agar bisa membedakan benda ini dengan yang lainnya melalui nada bicara”
“aku tidak suka dengan bahasa mandarin. Aku bosan”


“ternyata dilihat lebih dekat, Kim Myung Soo ini benar-benar tampan dan dewasa ya. Oh ya, perkenalkan putri kami Boo Kyu Han”
“Boo Kyu Han”
“aku tidak suka dengan wanita yang berlebihan, dia sangat suka menguras uang untuk hal yang tidak penting. Memoles wajah nya agar terlihat cantik, menghabiskan uang dari ayah dan ibu nya hanya untuk memperbaiki wajah nya. AKU BENCI WANITA SEPERTI ITU!”
“KIM MYUNG SOO!”


“aku bosan dengan kehidupan ku” gumam Myung Soo, ia bermain bola di dalam kamar nya yang luas. Kali ini adalah waktu nya belajar bahasa Perancis. Tapi ia membolos dan mengatakan bahwa ia sedang sakit.
“ayah yang baik tapi jarang dirumah, dan ibu yang menyebalkan yang selalu menuntun ku”

PRANG!

“gawat!”
Bola yang sedari tadi dimainkan oleh Myung Soo itu berhasil membuat guci yang terletak indah di salah satu sudut ruangan kamar nya pecah.
“ibu pasti marah”


-Red Color-


06 Agustus 2012

“cepat! Kemari!” Myung Soo tampak menarik kaus putih yang merupakan kaus olahraga sekolah yang dikenakan Jieun. Jieun tampak gugup untuk memasuki lapangan sepak bola yang luas, belum lagi siswa-siswa kelas satu, dua dan tiga yang berkumpul untuk melaksanakan kewajiban mereka di club sepak bola ini.
“kau tidak perlu takut! Jika seperti ini, kau tidak akan dapat membahagiakan..”
“ya! ya! aku akan masuk!” teriak Jieun, ia berlari masuk ke lapangan dengan terpaksa. Di belakang, Myung Soo tertawa puas.
“i.. ini lapangan sepak bola milik sekolah ini?” Jieun mengerjapkan matanya beberapa kali, ia tidak percaya. Ternyata.. rumput nya sangat bagus. Hijau.
“warna nya sangat bagus, damai” gadis itu kembali tersenyum. Terlebih Myung Soo, ia merasa senang karena berhasil membuat gadis di hadapan nya ini ikut bersama nya dan membuat nya melihat sesuatu yang belum pernah di lihatnya. Terutama.. ia senang karena Jieun akan selalu berada di sisi nya.
“OI! KIM MYUNG SOO! SEGERA KEMARI! KAU HARUS SEGERA LATIHAN!” suara itu berasal dari lapangan tengah, ia adalah ketua club.
“baiklah, kau tunggu disini. Ah.. kau bisa duduk disana, atau di di kursi penonton. Tugas mu, kau memberi ku air mineral dan membawakan ku handuk, kemudian member..” wajah Myung Soo tiba-tiba memerah.
“member apa?” tanya Jieun bingung
“tidak, lupakan! Aku segera kembali, doakan aku agar latihan ini lancar!” Myung Soo berteriak karena ia berlari menuju lapangan tengah untuk berlatih.
“baiklah” Jieun mengangguk dan berniat untuk mencari tempat duduk untuk menunggu Myung Soo berlatih selama 2 jam penuh.

2 hours later..

“ini ambil” Jieun melempar air mineral dan handuk berwarna kuning pada Myung Soo yang baru selesai berlatih.
“hey! Kenapa kasar sekali?”
“aku tidak tahu, maaf”
“seharusnya kau memberikan ku dengan baik, jangan melempar!”
“kan sudah ku katakan, aku tidak tahu!”
“maka dari itu, sekarang kau harus tahu!”
“baiklah!”
“sekarang mengapa diam saja?”
“kan sudah ku katakan dari awal, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan! Aku hanya tahu, memberikan air mineral dan handuk kecil ini padamu”
“baiklah, akan ku maklumi. Ini adalah hari pertama mu bekerja sama dengan ku”
“lalu.. apa yang harus kulakukan?”
“…” wajah Myung Soo kembali memerah
“hey katakan, aku tidak ingin mengambil gaji buta. Aku akan melakukan apapun untuk mu, karena ini adalah tanggung jawab ku sebagai assisten mu”
“baiklah, jika kau tidak keberatan. Tolong bersihkan keringat ku” nada bicara Myung Soo memelan, ia malu. Teman-teman nya pun langsung menatap nya dan Jieun. Menyoraki nya, ternyata seluruh orang yang berkumpul di lapangan tengah itu mendengar seluruh pembicaraan kedua mahluk tersebut.
Wajah Jieun ikut memerah, ia malu dengan sikap teman-teman Myung Soo yang tengah menyoraki nya, “seharusnya, kau mengatakan itu dengan pelan” bisik Jieun ketika ia membersihkan keringat Myung Soo
“ku rasa tadi itu sudah cukup pelan”
“aku malu”
“aku juga”
“ku fikir kau tidak pernah malu”
“hey! Aku juga manusia, perasaan malu itu pasti dimiliki oleh manusia manapun! Kau kira aku binatang?”
“hey! Sadarlah! Sejak kapan aku menyebut mu sebagai binatang!”
“tapi arah bicara mu itu menunjukkan bahwa aku sederajat dengan binatang!”
“aku tidak mengatakannya! Kau sendiri yang mengatakannya!” Jieun kesal, ia membersihkan keringat di wajah Myung Soo dengan kasar
“hey! Hentikan! Pelan-pelan, kau terlalu kasar!” keluh Myung Soo
“jika bicara jangan mengada-ngada!”
“assisten macam apa ini?” gumam Myung Soo
“hey Kim Myung Soo! Aku sudah berusaha menjadi yang terbaik!”
“baiklah, baiklah. Cepat bersihkan keringat ku! jangan di wajah ku saja, aku tahu aku tampan!”
“percaya diri sekali” cibir Jieun, ia menjulurkan lidah nya tepat di wajah Myung Soo
“hey sudahlah berhenti. Myung Soo, kasihan assisten mu itu” bela ketua club bola itu.
“Luhan! Jangan membela nya!” Myung Soo tampak tidak terima dengan pembelaan yang dikatakan ketua club nya tadi
“KIM MYUNG SOO! BISAKAH KAU BERHENTI!?” teriak Jieun kesal, ia menggosok keras tangan Myung Soo yang awalnya dibersihkannya.
“AHHHHHH SAKIT!”


-Red Color-


“aku pulang” Jieun meletakkan sepatu olahraga milik nya di rak sepatu yang tempat nya berada di dekat pintu masuk.
“ayah dan ibu belum datang?” tanya Jieun ketika ia mendapati adik nya yang sedang bersantai
Jihoo menggelengkan kepalanya, “Kenapa terlambat?” tanya Jihoo yang sedang makan sambil menonton TV
“habis bekerja” jawab Jieun, ia duduk disamping Jihoo. Merengangkan tubuh-tubuh nya yang sempat kaku karena lelah mengurusi satu orang yang benar-benar menyebalkan.
“bekerja? Dimana?” Jihoo mulai tertarik dengan jawaban Jieun tadi, ia menghentikan aktifitas memakannya sejenak, menunggu jawaban dari kakak nya
“di orang yang menyebalkan”
“maksud mu?”
“tapi.. berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan hal ini pada ayah dan ibu” bisik Jieun
“aku tidak janji”
“baiklah.. aku tidak akan mengatakannya”
“… baiklah! Aku janji untuk tidak mengatakannya”
Jieun tersenyum, “aku bekerja sebagai seorang assisten, ia adalah senior ku di sekolah. Ia membutuhkan ku untuk mengatur jadwal nya, sebentar lagi ia akan lulus. Dan, kebetulan ia tidak pandai membagi waktu, jadi.. aku dimintai tolong oleh nya”
“dan kau mau?”
Jieun mengangguk, “bukan kah itu pekerjaan yang mulia? Kita dapat membantu orang? Bantulah mereka yang membutuhkan, Bukankah itu yang selalu dikatakan oleh ayah?”
“aku tahu itu, tapi.. apa kau baik-baik saja dengan itu?”
“m.. maksud mu?”
“sudahlah lupakan, jaga kesehatan mu saja” jawab nya dingin, ia beranjak dari sofa menuju dapur untuk mencuci piring makan nya, kemudian masuk ke kamar dan menutup pintu nya dengan agak keras.
“aku.. aku tidak mengerti arah fikiran mu Jihoo” gumam Jieun ketika pintu kamar itu tertutup rapat.


-Red Color-


13 Agustus 2012

“woaaahhhh”
“jika menguap, tutup mulut mu. Bahaya jika ada serangga masuk ke dalam mulut mu” Myung Soo mengacak rambut Jieun yang sebelum nya sudah berantakan.
“maaf aku sedikit mengantuk, ini air mineral dan handuk kecil untuk mu” Jieun menyerahkan kedua benda itu dengan sopan, kini ia memberi nya dengan penuh tata krama. Ini adalah hari kedua dimana ia bekerja sebagai assisten dari manusia paling menyebalkan, Kim Myung Soo.
Myung Soo menatap lekat wajah gadis kurus itu, “kau lelah?”
“eh?” seketika mata Jieun membelalak, ia menggelengkan kepalanya penuh semangat. “tentu tidak! Aku sangat bersemangat!” Jieun tersenyum
“benarkah? Baiklah kalau begitu bersihkan keringat ku ya?”
“uh.. baiklah” Jieun segera mengambil handuk kecil itu, lalu beranjak dari tempat duduk nya, dan membersihkan keringat yang mengalir di sekitar tengkuk Myung Soo
“pelan-pelan!”
“sudah!”
“kau terlalu keras membersihkannya!”
“tidak!”
“aku yang merasakannya!”
“baiklah-baiklah!”
 “hey! Lee Ji Eun! Apa yang kau lakukan? Ini tidak terasa sama sekali, kau membersihkan apa? Keringat ku terus mengalir!” tawa kecil keluar dari bibir Myung Soo, ia tersenyum puas. Puas dapat mengerjai gadis ini.
“aku sudah melakukan sebisa ku”
“kau harus menjadi assisten yang baik!”
“kau juga harus menjadi manusia yang baik! Jangan hanya menyuruh!”
“aku sudah menjadi manusia yang baik!”
“tidak! Kau adalah manusia yang menyebalkan!”
“bisakah setiap pertemuan, kalian tidak membuat keributan?” Luhan, ketua club yang kebetulan melewati tempat duduk penonton yang di duduki oleh Myung Soo dan Jieun itu tertawa
“senior menyebalkan ini yang selalu membuat masalah!” Jieun mulai menyalahkan Myung Soo
“tidak Luhan! Jangan percaya dengan kata yang keluar dari mulut bocah itu!” bela Myung Soo, Luhan ia hanya tertawa
“aku tidak mengeluarkan kata! Aku mengeluarkan kalimat!” balas Jieun, kali ini ia tidak ingin kalah. Ia mengacak rambut Myung Soo sambil membersihkan keringat yang berada di tengkuk pria itu kasar
“HEY! Sudah ku katakana berapa kali, jangan terlalu keras! Sakit!”
“jadi bisakah kau berhenti membuat ku kesal?”
“hey.. kalian, sudahlah masing-masing harus ada yang mengalah” Luhan sebagai yang tertua, memutuskan untuk melerai kedua mahluk keras kepala ini.
“aku tidak ingin kalah dari nya!” ucap kedua mahluk tersebut.
“hah.. jika seperti ini kalian tidak akan pernah akrab” keluh Luhan.


-Red Color-


Nampak nya..
Kanvas ku mulai di ciprati oleh beberapa warna yang menarik.
Tidak lagi berwarna putih polos.
Dan tidak lagi ada warna yang dapat membuat mata ku rusak akan kekilauan nya.
Aku mulai merasakan indah nya dunia ini.
Mulai merasakan kesenangan yang sudah direncanakan oleh Tuhan.
Ku harap..
Warna menarik ini terus mengolesi kanvas milik ku.
Agar aku.
Dapat tersenyum akan kesenangan itu.


-Red Color-


24 Oktober 2012

“a.. aku berangkat” Jieun menarik knop pintu flat nya dengan lemas.


“kau hampir lupa membawa kotak nasi mu” Jihoo memberikan kotak nasi berukuran sedang berwarna biru muda itu pada Jieun, kakak nya yang berada tidak jauh dari flat milik keluarga mereka.
“ah.. terima kasih Jihoo” Jieun tersenyum
“kau sakit”
“tidak”
“bohong”
“tidak, sudah cepat pergi ke sekolah. Kau akan terlambat” Jieun mendorong adik nya dari belakang, bermaksud membantu Jihoo untuk berjalan lebih cepat
Jihoo tiba-tiba berhenti jalan, ia membalikkan wajah nya, dan menatap wajah kakak nya, “wajah mu sangat pucat kak, kau terlalu bekerja dengan keras”
“haha kau tidak perlu khawatir, aku adalah orang yang sehat! Percaya itu Jihoo” Jieun, ia tersenyum menutupi rasa sakit nya
“kau tau resiko dari berbohong? Kau tahu kan konsekuensi berbohong?”
“…”
“bahkan kau yang terus mengingat kan ku agar aku tidak menjadi orang yang pembohong!”
“baiklah.. maafkan aku Jihoo. Aku hanya tidak ingin membuat mu, ayah dan ibu khawatir” suara Jieun melemas

“lebih baik, kau kembali pulang dan beristirahat penuh”
“tidak! Hari ini Myung Soo akan mengadakan latihan untuk perlombaan! Akh! Hari ini aku akan menonton mu berlomba! Aku yakin, kau pasti menang. Karena aku akan ada disana!” Jieun menjawab dengan penuh semangat, ia tidak ingin mengecewakan adik nya seperti beberapa bulan yang lalu. Dan membuat adik nya bersikap acuh padanya.
“lupakan semua nya! lupakan aku! Kau perlu istirahat kak!”
“aku akan sehat ketika melihat mu tersenyum” Jihoo terdiam, seperti ada yang menusuk. Selama ini, ia salah mengambil sikap untuk menjaga image di hadapan kakak perempuannya ini. Bersikap dingin pada kakak nya adalah jalan yang sesat yang telah di lalui nya.
Senyuman manis itu akhirnya terukir di wajah Lee Ji Hoo, sudah beberapa bulan yang lalu, Jieun tidak pernah melihat senyuman manis dari adik laki-laki nya. Tanpa sadar, Jieun ikut tersenyum.
“aku merasa lebih baik, senyuman mu itu benar-benar membuat ku memiliki engeri baru!” wajah berseri Jieun menghilangkan seluruh rasa lelah, pusing yang tadi hinggap di dirinya karena terlalu memaksakan diri untuk bekerja (menjadi seorang assisten)
“kakak..” Jihoo menatap kakak perempuannya ini, ia membenci dirinya karena telah mengacuhkan kakak terbaik nya ini
“percayalah, aku akan datang untuk melihat mu bertanding. Aku akan menjadi pendukung terbaik mu. Kau pasti akan menang” Jieun tersenyum, ia menatap mata Jihoo lekat. Ia serius dengan perkataannya
“benarkah?”
“tentu, karena aku adalah.. penggemar setia mu. Percayalah”


-Red Color-


“kau melihat gadis kecil yang terlihat polos seperti anak kecil yang sebenarnya sedikit menyebalkan dan banyak bicara? Kau melihat nya tidak?” Myung Soo sibuk bertanya tentang keberadaan assisten nya, ia telah mencari ke tempat biasa Jieun menunggu nya latihan. Tapi, hasil nya nihil.
“ah.. gadis yang selalu berdebat dengan mu itu?”
“hm! Kau lihat tidak?”
“maaf, tidak” Myung Soo berlari menuju ruang ganti, ia menemui Luhan, ketua club nya yang juga dekat dengan Jieun karena ia selalu berusaha untuk melerai perdebatan antara Myung Soo dan Jieun
“Luhan! Kau lihat Jieun tidak?” tanya Myung Soo panik
“tidak, kau sudah mencarinya di tempat biasa ia menunggu mu?”
Myung Soo mengangguk, “sudah”
“tadi saat latihan, aku melihat nya duduk di kursi penonton dengan wajah nya yang sedikit lelah. Tapi setelah beberapa menit kemudian, aku melihat ke arah nya lagi, tapi ia sudah tidak  duduk disana”
“lalu.. dimana dia?”
“coba kau hubungi dia”
“aku tidak tahu nomor nya” jawab Myung Soo lemas
“mungkin.. ia berada di dekat lapangan tengah! Mungkin ia sedang membeli minuman kaleng, aku sering melihat nya disana untuk membeli minuman untuk mu. Maaf, aku tidak bisa membantu mu aku harus mengurusi perlombaan club ini” nada kecewa dari Luhan tampak jelas, ia juga khawatir dengan keberadaan Jieun.
“tidak apa, terima kasih Luhan!” Myung Soo segera berlari, ia takut terjadi apa-apa dengan Jieun. Ia sangat khawatir, apalagi ketika Luhan memberitahu nya bahwa wajah Jieun sedikit lelah. Apa ia terlalu? Apa ia terlalu membuat Jieun untuk bekerja keras demi nya? Ia sadar, bahwa ia telah menyuruh Jieun hal-hal bodoh hanya untuk mengerjai gadis itu. Hanya untuk membuat dirinya tersenyum.
“hh.. hh.. hh..” Myung Soo berusaha mengatur nafas nya, ia sampai di lapangan tengah, ia mencari di sudut-sudut lapangan tersebut, dimana Jieun?
“tidak ada”
“dimana dia?”
“bocah itu..”
“shh.. kemana dia?”
“tunggu.. itu.. bukankah..”
“LEE JI EUN!” akhirnya, Myung Soo menemukan keberadaan Jieun. Ia mendekat ke arah Jieun yang tengah tertidur disamping mesin minuman kaleng.
Myung Soo menatap lekat wajah lelah dari gadis yang berada di hadapannya, “dia pasti sangat lelah”
“apa yang telah ku perbuat padanya” Myung Soo merasa sangat bersalah, ia mengambil dua minuman kaleng yang di pegang Jieun. Pria itu duduk disamping Jieun, menyandarkan kepala Jieun di bahunya.
“aku tidak tahu.. aku tidak tahu jika kau sangat lelah dan berusaha melakukan apapun untuk dapat membahagiakan orang-orang yang kurang beruntung”
Myung Soo menatap langit sore, “aku salut padamu”
Myung Soo kembali menatap wajah Jieun yang terlihat tenang saat tidur, lalu pria itu tersenyum, “entah kapan perasaan ini mulai. Yang selama ini aku inginkan.. hanya kau yang selalu berada di samping ku”
“jika kau berhasil membuat beberapa orang bahagia. Aku yakin, dan aku yakin dengan perasaan ku , aku yakin.. aku pasti akan membahagikan mu Lee Ji Eun” pria itu kembali tersenyum. Entah apa maksud dari arti senyuman itu.

-Red Color-


17 Desember 2012

“KIM MYUNG SOO! BERJUANGLAH!” teriak Jieun dari jarak jauh, ia menjadi salah satu penonton dari beratus-ratus penonton lainnya.
“LUHAN KAU JUGA!”
“SEMUANYA JUGA!” teriak nya lagi, ia terlalu semangat untuk ini. Walau.. hati nya terkadang sepi, karena kesibukan Myung Soo pada latihan untuk perlombaan sepak bola nasional ini.
“kak! Suara mu sudah cukup besar, jangan berteriak. Itu membuat yang lainnya terganggu” Jihoo, adik Jieun juga turut menonton pertandingan bola yang diikuti oleh club sepak bola sekolah Jieun
Jieun tersenyum, “aku terlalu bersemangat”
            Kali ini, hubungan Jieun dan Jihoo semakin membaik. Semenjak, Jieun menonton pertandingan nya 2 bulan yang lalu. Jihoo kala itu sangat senang akan kehadiran Jieun yang sedikit terlambat selama beberapa menit. Dan benar, Club basket Jihoo menang. Seakan ada kekuatan batin yang membuat Jihoo semangat untuk bermain. Semenjak itu, ia tidak pernah mengacuhkan kakak nya yang benar-benar menyanyangi nya. Ia tidak ingin menyesal seperti yang waktu itu terjadi padanya. Sudahlah.. itu adalah masa lalu.
“Myung Soo.. kenapa kau terus meniriaki namanya?” tanya Jihoo heran, Jieun yang ditanya hanya tersipu malu
“tidak.. hanya karena ia.. adalah orang yang membuat ku dapat menggapai cita-cita kecil ku” Jieun menjawab dengan lugas, dengan mata yang tertuju pada pria yang tengah asik mengoper bola di lapangan tengah itu.
“apa hanya itu alasannya?”
“ah.. a.. ak… aku tidak tahu itu”
“kak.. apa kau me.. menyukai nya?” goda Jihoo
“hey Jihoo! Kau jangan sembarangan!”
“hey aku bercanda! Aku hanya ingin menggoda mu!”
“ahh lupakan! Aku malu!”
“jadi.. benarkah kau menyukai nya?”
“aku tidak tahu itu, karena sebelum nya.. aku tidak pernah merasakannya”
Jihoo menatap kakak nya itu dari samping, lalu tersenyum,”lain kali cerita lah padaku”
Jieun menatap adik nya tidak percaya, lalu menganggukan kepalanya “baiklah!”


-Red Color-


Warna merah..
Hampir saja menghampiri kanvas ku.
Kuning.
Hijau.
Biru.
Jingga.
Ungu.
Dan beribu-ribu warna lainnya telah menciprati kanvas milik ku.
Tapi yang ku inginkan belum juga datang.
Warna merah.
Ya, warna merah itu belum pernah menyentuh kanvas ku yang penuh.
Bahkan ketika warna merah itu hampir menghampiri kanvas ku, aku sudah terlalu senang akan itu.
Tapi, ketika warna merah itu tidak jadi mengenai kanvas ku. Hati ku benar-benar sakit.
Ketika rasa senang itu muncul, tidak lama.. rasa pahit dan sakit itu akan muncul juga.


-Red Color-


“Kim Myung Soo, ini.. air mineral dan handuk kecil untuk mu” Jieun menyodorkan barang-barang keperluan Myung Soo setiap selesai latihan, untuk kesekian kali nya. Myung Soo mengabaikan Jieun, pria itu lebih memilih untuk menemui penggemar wanita nya yang telah berbaris rapi di pinggir lapangan tengah.
Jieun menatap air mineral dan handuk yang masih di pegang nya, “mungkin dia sedang tidak ingin!” ujar nya
“lebih baik untuk ku” Luhan, pria itu mengambil kedua barang yang masih di pegang Jieun. Ia langsung meneguk air mineral itu, dan membersihkan keringatnya dengan handuk yang awal nya akan digunakan Myung Soo.
“Myung Soo beruntung memiliki assisten seperti mu” ujar Luhan ketika ia selesai menghabiskan setengah isi dari botol air mineral yang baru diminumnya, dan itu membuat Jieun sedikit terkejut
“kau bisa menghabiskan setengah dari air mineral itu dalam sekejap? Woaahh kau hebat” Jieun menepukkan kedua tangannya sambil mengerjapkan kedua matanya tidak percaya, dan itu membuat Luhan tertawa
“kau ini, bukankah ini hal biasa?”
“tidak, biasanya Myung Soo dapat menghabiskan itu dalam waktu 20 detik. Dan kau dapat menghabiskan itu dalam waktu 9 detik! Kau benar-benar hebat senior!” Jieun kembali menepuk kedua tangannya
Luhan mengacak pelan rambut Jieun, “kau ini lucu” kemudian ia tertawa
Tanpa sadar, Myung Soo berjalan mendekati Luhan dan juga Jieun. “tidak seharusnya kau berada di sini” ujar Myung Soo tajam
“maksud mu? aku?” Luhan menunjuk dirinya
“kau fikir siapa?” mata dingin Myung Soo tengah menatap tajam mata polos milik Luhan
“hm.. aku hanya berfikir bahwa air mineral dan handuk yang tidak digunakan sebaiknya kugunakan” Luhan menjawab dengan tenang
Myung Soo sempat memberi Luhan tatapan tajam nya, kemudian berlalu dari hadapan Luhan dan juga Jieun, “dia kemana?” tanya Jieun pada Luhan
“mungkin ke bank”
“kali ini dia sangat terkenal, bahkan ketika ia berjalan banyak orang yang mengikuti nya. Jika seperti itu, asik tidak?”
“hahaha kau ini, apa kau ingin merasakannya juga?”
“hmm.. ingin!”
“baiklah, coba kau berjalan”
Jieun terlihat bingung dengan perintah Luhan, dan akhirnya ia menuruti nya. Jieun berjalan..
“aku akan mengikuti mu” ujar Luhan yang berada di belakang Jieun
Jieun tersenyum, “ah.. jadi seperti ini jika diikuti seseorang. Aku merasa lebih percaya diri hahaha sudahlah senior, aku jadi malu jika kau mengikuti ku” Jieun menutup wajah nya dan tertawa, begitu juga dengan Luhan


-Red Color-


20 Desember 2012

“aku yakin! Myung Soo pasti senang!” Jieun tersenyum melihat kostum yang ia kenakan


04.00 pm

“Sungyeol! Berlatihlah lebih keras!”
“aku sudah berlatih!”
“perut mu yang buncit itu menganggu mu untuk berlari lebih kencang!”
“aku tahu itu Sungjae”
“ah iya! Hari ini Myung Soo ulang tahun!”
“benarkah?”
“wahh.. pasti ada pesta!”
“pesta!”
“pesta!”
“hey.. sadarlah, besok kita akan bertanding. Jangan membuang waktu kalian!”
“baiklah.. sebagai ganti dari pesta. Aku akan membayari kalian makan sepuasnya!” teriak Myung Soo
“jelas saja, ia sudah cukup puas dengan hadiah yang diberikan penggemar nya”
“jadi sekarang Myung Soo lah yang harus memberi kita hadiah!”
“Sungyeol.. kau lihat disana ada badut” Sungjae, salah satu anggota club sepak bola menunjuk kearah luar gedung sepak bola
“hahaha badut apa itu?”
“ia membawa sebuah spanduk!”
“apa? Apa? Cepat baca!”

“KIM MYUNG SOO SELAMAT ULANG TAHUN, KAU PASTI BISA BESOK! AKU AKAN SELALU MENYEMANGATI MU! SELALU ^^”

“cih.. menjijikkan” Myung Soo mengatakan itu tepat di hadapan badut berwarna merah itu. Lalu kembali menjauhi badut itu bersama anggota club sepak bola.

BRUK..

            Badut itu tersimpuh jatuh, kado yang di pegang nya itu juga jatuh.
“hey.. Myung Soo kau telah mengkhianati nya!”
Luhan, ia segera berlari menuju badut itu. Ia berusaha membuka kepala badut itu, tapi ditahan. Terdengar isakan tangis berasal dari dalam badut itu.
“mereka sudah pergi, bukalah” suruh Luhan pada badut itu
Badut itu akhirnya membuka kepala dan..
“Jieun?” Luhan membelalakan kedua matanya
“Myung Soo.. aku tidak yakin dia adalah.. Kim Myung Soo” Jieun menangis
“a.. aku yakin dia akan menyukai ini. Karena ini adalah salah satu kesukaannya, ia menyukai badut” lanjut Jieun masih dengan air matanya yang terus menerus mengalir
Luhan.. pria itu hanya bisa melihat gadis itu menangis. Ia.. ia juga merasakan hal yang sama. Hati nya ikut menangis.


-Red Color … To Be Continue-



Note    :

Hay.. aku balik lagi. Ini waktu hari Sabtu tanggal 21 bulan September dan tahun 2013 buahahaha. Dan hari ini tidak ada pelajaran, karena ada Expo Pendidikan di sekolah, jadi gak belajar deh horee ^o^
Nah, waktu nya itu nulis ini lagi.
Pada bingung ya?
Kok bisa nyasar Luhan?
Terus ada Flashback2 nya hahahahaha gue juga bingung kenapa :D
Maaf ya, jadi agak bingung gitu. Aku juga belum ku cek lagi, langsung ku publish aja deh. Moga suka ya, heh inget di comment :p
kunjungi juga blog ku ^^

6 komentar:

  1. wah triangle love myungsoo-iu-luhan nih? makin seru deh ceritanya. keep writing author :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ^^
      makasih kamu udah komentar, kunjungi blog ku juga ya ^^
      aku masih buta maksud di wordpress, tolong bantu-bantu aku ya~ makasih ^^

      Hapus
  2. wwwaaaa kereeeeennnn banget.....
    bikin lagi dong ff IU Luhan sma L, aku suka bnget sma mereka, aplg cerita ff ini, walopun bngung sma endingnya, hehe.... #goodjob

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaaaaaaa makasih banget ^^
      iya ini baru mau ngepost yang ketiga, ditunggu komentar nya ya ^^
      ini belum ending kok, ya mungkin sampe part 4 atau 5 lah ditunggu ya :D

      Hapus
  3. Waaaah ternyata udh di update ini ceritanya. Hmm.. Luhan care banget sm jieun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, eps 3 nya udah ada kok. Ditunggu untuk beberapa eps nya aja lagi, ntar ada project baru ^^

      Hapus

isi nama kalian ya :) komen apapun juga, kritik juga gak apa kok :D