Title :
Red Color
Author :
Kania Dinata
Main Cast : - Lee Ji Eun
- Kim Myung Soo
Genre :
School Life, Romance
DON’T BE A PLAGIATOR!
23 Desember 2011
Tap..
Tap..
Tap..
“ayah.. ibu terima kasih!” aku bersorak gembira
ketika kami keluar dari toko elektronik yang berada di pusat kota.
“bukankah ibu yang seharusnya meminta maaf karena
terlambat membelikan mu dan Jihoo ponsel?” wajah ibu kembali merasa bersalah.
Uh.. seharusnya aku tidak mengatakan hal ini lagi.
“tidak, ini tidak terlambat ibu. Aku sangat senang,
kau juga kan Jihoo?” aku menyikut lengan Jihoo.
“tentu saja, ini adalah ponsel pertama kami” seru
Jihoo dengan senang, ia juga sangat bahagia sama seperti ku. Bahkan ia terus menerus
memandangi kotak ponsel yang ayah pegang.
Seakan tahu sikap Jihoo, ayah berkata “kau ingin
melihat nya lagi dan membawa nya sekarang?”
Tatapan Jihoo berubah menjadi sangat-sangat bahagia,
ia cepat-cepat menganggukan kepalanya. Langsung saja, ayah membuka bungkus
kardus yang berisikan ponsel keluaran 2010 yang kala itu sangat digemari semua
kalangan karena itu adalah ponsel yang digunakan Go Mi Nam, Hwang Tae Kyung,
Kang Shin Woo dan Jeremy di dalam suatu drama yang benar-benar populer ‘You Are
Beautiful’ dan aku termasuk salah satu penonton setia dari drama itu. Ya..
walau ponsel ini populer satu tahun yang lalu, dan sekarang telah tergantikan
oleh ponsel populer seperti yang dipakai Lee Min Ho dan Park Min Young saat
mereka bermain drama ‘City Hunter’, aku tahu itu karena aku.. adalah salah satu
penonton setia drama tersebut.
Kami, aku dan Jihoo benar-benar bahagia memegang
ponsel pertama kami. Walau sekarang harga nya benar-benar jatuh, sudahlah aku
tidak peduli tentang itu. Yang penting, sekarang aku memiliki sebuah ponsel
cantik! Persis seperti Go Mi Nam punya!
“Jieun, kalian tunggu di halte bus terdekat ya. Ibu
dan ayah akan membeli beberapa makanan ringan untuk dirumah, jaga Jihoo ya” ibu
ku tersenyum, walau senyum nya sangat kaku karena dingin. Ya, hari ini adalah
hari dimana musim dingin tiba, suasana natal sudah mulai marak.
“hey ibu! Apa kau tidak lihat, tinggi ku sudah
melebihi tinggi kakak! Jadi seharusnya, aku yang menjaga kakak, bukan dia yang
menjaga ku!” Jihoo tampak protes, ia tidak terima dengan itu. Ia menganggap
dirinya sudah dewasa. Aku tersenyum, ternyata Jihoo benar-benar menyayangi ku.
“baiklah, Lee Ji Hoo kami yang tampan yang sudah
dewasa ini akan menjaga kakak mu Lee Ji Eun” aku dan Jihoo tersenyum mendengar
perkataan ayah tadi.
Dan
akhirnya, ayah dan ibu berjalan menjauhi kami. Sepertinya mereka berdua
mengenang masa lalu mereka yang indah, sebelum aku dan Jihoo di lahirkan.
Sekali lagi, ayah.. ibu.. terima kasih sudah membelikan ku ponsel.
“kau seperti Kang Shin Woo” tawa ku setelah melihat
ponsel adik ku yang benar-benar sama dengan yang digunakan Jung Yong Hwa saat
ia memerankan Kang Shin Woo di drama ‘You are beautiful’
“tentu, aku kan tampan” ia tertawa
“tentu, kan kakak nya cantik” goda ku
“tidak!”
“ahh baiklah aku mengalah”
“kak, coba kesini”
“ada apa?” ia menarik pundak ku, dan akhirnya jarak
kami sangat dekat, aku menatap nya bingung
“aku ingin foto kita menjadi foto pertama di ponsel
pertama ku” jawab nya sambil tersenyum. Senyuman paling manis, yaitu adik ku.
“baiklah” jawab ku haru.
KLIK..
Hasil
foto itu, sangat manis. Kami, aku dan Jihoo tersenyum senang. Bahagia. Kami
berdua tidak tahu apa yang harus dikatakan selain kalimat ‘terima kasih’ pada
kedua orang tua kami.
“aku ingin ada foto ayah, ibu, dan Jihoo” sahut ku
setelah terdiam menatap hasil foto yang berada di ponsel Jihoo yang sedang ku
pegang.
“baiklah, berikan ponsel mu! aku akan mengambil foto
ku sendiri” Jihoo langsung merebut ponsel ku dari kantong sweater putih yang
kugunakan
“hey Jihoo kembalikan! Jangan membuat foto yang
aneh! Kau membuat ku malu!” teriak ku, Jihoo berlari berusaha menghindari ku.
Tentu saja aku mengejarnya, dan kami berdua berhasil membuat pusat perhatian di
sepinggir jalan. Aku hanya dapat tertawa bahagia, begitu juga dengan Jihoo. Aku
mengingat masa kecil kami yang cukup menyenangkan, aku melihat kaki-kaki kecil milik
Jihoo beberapa tahun lalu kini sudah menjadi kaki yang jenjang. Aku baru sadar,
kami berdua sudah cukup dewasa. Seperti nya, baru kemarin orang tua ku
mendaftarkan ku di sebuah taman kanak-kanak. Dan hari ini, detik ini ternyata
aku telah menginjakkan kaki ku di kelas satu Sekolah Tinggi.
Bruk..
Tanpa
sadar aku menabrak adik ku yang berhasil membuat satu selca (self camera) di
ponsel pertama ku. Dan yang membuat ku terkejut, ponsel ku terjatuh dari tangan
Jihoo. Dan..
Kretek..
Sebuah
ujung tajam high heels berukuran 6 cm itu mendarat di ponsel putih milik ku.
Terlihat, layar touch screen ponsel
itu retak. Aku hanya dapat terdiam kaget, entah apa yang harus ku lakukan.
Itu.. ponsel pertama milik ku.
“Oh.. sorry”
kata wanita pemilik high heels 6 cm itu dengan aksen Inggris yang memang baik.
“kau! Cepat ambil ponsel milik kakak ku! CEPAT! KAU
TELAH MERUSAK NYA!” Jihoo berteriak tepat di depan wajah wanita itu, ia adalah
tipe orang yang emosional. Ia terlalu mudah marah. Aku berusaha menenangkan
nya.
“Jihoo, sudahlah ini tidak apa-apa” aku berusaha
mengambil ponsel ku yang tergeletak lemah di tanah
“jangan ambil jika harga diri mu tidak ingin jatuh”
Jihoo memegang lengan ku, menghalangi ku untuk mengambil ponsel
“hey bocah, kau tidak perlu banyak bicara seperti
itu. Biarkan kakak mu ini yang mengambil ponsel ini, lagi pula ponsel ini.. hh
bukankah ini ponsel murah? Aku bisa membelikan berapa yang kalian mau” sakit,
kalimat wanita itu membuat ku dan Jihoo merasa tidak berharga, sangat murah.
Mata Jihoo memerah, tidak terima akan pernyataan wanita itu.
“kau.. wanita brengsek!” tangan Jihoo mengepal,
tangan nya ingin sekali mendarat di pipi mulus wanita itu.
“LEE JI HOO HENTIKAN!” aku segera memeluk Jihoo dari
belakang, berusaha menahan emosi nya yang terbakar.
“KAK! APA KAU TERIMA DIKATAKAN SEPERTI ITU! DIA
BENAR-BENAR HARUS DI BERI PELAJARAN!” Jihoo berusaha memberontak, walau tubuh
ku kecil aku berusaha menahan tubuh nya sekuat tenaga.
“TAPI DENGAN CARA INI AYAH DAN IBU AKAN MARAH DAN
KECEWA MELIHAT PERILAKU ANAK NYA!” aku marah, aku membentak nya, aku..
“maafkan aku Jihoo” dengan cepat, aku meminta maaf.
Aku takut, aku takut jika Jihoo tersakiti akan kalimat ku tadi.
“…”
“hah.. drama macam apa ini. Dimana kedua orang tua
kalian? Seharusnya bocah-bocah seperti kalian kembali ke rumah, tidak sebaiknya
berkeliaran malam-malam seperti ini” wanita itu mengatakan dengan penuh
keangkuhan, ia menyibakan rambut nya yang digerai panjang sebelum ia menjauhi
aku dan Jihoo.
“kak.. maafkan aku” Jihoo melepaskan kedua tangan ku
yang melingkar di perut nya.
“aku yang seharusnya meminta maaf” suara ku
bergetar, aku tidak ingin melihat adik ku sedih karena ku. Jihoo mengambil
ponsel putih milik ku, lalu meletakkan nya di tangan ku.
“ku mohon.. jangan beritahu apa yang terjadi hari
ini pada ayah dan ibu” pintaku pada Jihoo, awalnya Jihoo tampak tidak setuju,
setelah melihat wajah ku.. akhirnya ia setuju. Entah apa yang difikirkannya.
“baiklah, tapi berjanjilah padaku agar kau
mengatakan apa yang terjadi hari ini suatu saat nanti. Ingat kata ayah dan ibu,
jangan menjadi manusia pembohong” aku tersenyum, Jihoo adalah harta ku. Ia adik
laki-laki ku yang paling sempurna, aku menyanyangi nya.
Aku menganggukan kepala ku “ tentu!” jawab ku
mantap, sekilas aku melihat wanita brengsek itu memasuki mobil mewah yang jarak
nya tidak jauh dari tempat kejadian tadi.
-Red Color-
“ibu!”
“apa?”
“apa yang sudah kau lakukan pada mereka?”
“kau! Sejak kapan kau peduli dengan orang-orang yang
berada di pinggir jalan seperti itu?”
“ibu terlalu merendahkan orang!”
“apa peduli mu! Kim Myung Soo, sadarlah. Kau adalah
pewaris besar perusahaan ayah mu! tidak penting untuk memikirkan nasib
orang-orang miskin seperti mereka”
“ibu benar-benar jahat!”
PLAK!
Supir yang berada di mobil mewah itu pun melihat
kejadian ini dengan seksama. Bahkan tidak ada momen yang tidak dilihatnya.
Istri dari orang terkenal pemilik salah satu perusahaan entertainment terbesar
di Korea Selatan ini menampar pipi anak nya, Kim Myung Soo.
“kau! Apa yang kau lakukan selama tadi? Untuk apa
aku merekrut supir lemah seperti mu, mengapa kau tidak bisa menjaga Myung Soo
dengan baik? Hampir saja ia keluar dari mobil, aku bisa mati!” wanita itu
menatap supir itu dengan tajam.
“maaf nyonya”
“lain kali jangan seperti itu!” bentak wanita itu
lagi. Anak nya, menatap tajam supir yang tengah mengendarai mobil mewah ini
kekawasan Gangnam.
“ibu terlalu kasar!”
“diam kau Myung Soo!”
“paman! Jangan dengarkan kata ibu tadi! Ibu
benar-benar kasar!” Myung Soo membela supir itu, supir itu tersenyum lega.
“jangan beritahu apa yang terjadi pada ku dan Myung
Soo pada siapapun! Atau kau.. akan ku pecat!” ancam wanita kasar itu pada supir
nya.
“aku tidak suka ibu” gumam Myung Soo.
-Red Color-
12 Januari 2012
“Lee Ji Eun”
Gadis bernama Lee Ji
Eun itu pun mengangkat sebelah tangan nya, menandakan ia hadir dalam kelas itu.
Berhari-hari, kegiatan yang ia lakukan hanya seperti ini. Bosan, Ya. Sedih,
Tidak juga. Ia sebenarnya ingin mendapatkan sesuatu yang indah, menyenangkan.
Tapi.. entahlah sepertinya tidak bisa.
“aku berangkat!”
“hati-hati”
…
“aku pulang”
…
“aku berangkat!”
“Jieun bawa kotak nasi mu!”
…
“aku pulang”
…
“aku berangkat”
“Jieun, ajak Jihoo bersamamu”
…
“aku pulang”
…
“aku bosan, aku selalu mengatakan itu setiap saat.
Dan seperti nya, aku melakukan hal itu berulang kali” Jieun, ia menguap keras
ketika ia berjalan menuju sekolah nya.
“aku tahu itu” jawab Jihoo datar.
“ternyata menjadi dewasa itu tidak menyenangkan”
“benarkah?”
“ya! ku kira duduk di kelas 1-10 ini menyenangkan!
Ternyata tidak sama sekali!”
“aku pergi” Jihoo mengambil arah berbeda dari Jieun,
sudah setahun yang lalu ia tidak berangkat bersama dengan Jieun.
“Lee Ji Hoo! Hati-hati!” teriak Jieun dari jauh.
“bahkan.. ketika aku ingin bercerita tidak ada orang
yang ingin mendengarkannya. Apa perlu aku berkunjung ke salah satu psikologi di
kota ini?” gumam Jieun, blazer sekolah nya ia eratkan. Lalu, kembali berjalan
menuju sekolah nya.
-Red Color-
“Kim Myung Soo! Dimana Kau!” teriak wanita
berpakaian mewah.
“ada apa bu?” suara itu muncul dari atas, Myung Soo
tampak mengantuk. Ia pasti baru bangun.
“apa yang kau lakukan? Cepat bersihkan dirimu! Kau
akan segera kursus bahasa, musik, dan juga bertemu salah satu teman ayah mu”
“TIDAK! Aku tidak ingin dijodohkan dengan
wanita-wanita murahan seperti itu!”
“KIM MYUNG SOO! APA YANG KAU KATAKAN! JAGA CARA
BICARAMU!”
“aku ingin bermain bola” Myung Soo berlari menjauhi
ibu nya.
“pelayan cepat tangkap dia! Ambil bola yang ditaruh
nya di guci, dibawah sofa, dibawah tempat tidurnya, lemari nya, dan di dalam
kamar mandi nya!” suruh wanita itu.
“cih.. ibu benar-benar hafal!” desis Myung Soo. Ia
ingat ketika ia bermain bola diam-diam di ruang tamu, ketika itu keluarga
besarnya tengah mengadakan acara. Ayah dan ibu nya sibuk melayani tamu yang
datang. Ia sangat senang bermain bola, tapi hal yang disukai nya adalah hal
yang paling dibenci oleh ibu nya. Ia selalu menyembunyikan bola sepak di dalam
guci besar yang berada di ruang tamu besar milik keluarganya. Dan beberapa
minggu kemudian, kegiatan Myung Soo itu telah diketahui oleh ibu nya. Dan akhirnya,
ibu nya melarang nya bermain, dan menyuruhnya fokus untuk belajar menjadi
pewaris perusahaan.
…
“tuan muda.. intonasi nya salah. Seharusnya kau
menekan bilah yang disini”
“aku tidak ingin bermain piano”
…
“tuan muda, bisakah kau lebih berkonsentrasi? Bahasa
inggis mu menurun, nanti bagaimana jika kau berkomunikasi dengan orang luar?”
“aku tidak peduli”
…
“Kim Myung Soo, ternyata tampan ya. Perkenalkan nama
putri ku Jung Jin Ah”
“hay.. perkenalkan nama ku Jin Ah. Aku putri tunggal
pemilik perusahan tambang emas di Negara ini”
“oh ya?”
“Kim Myung Soo! Jaga bicara mu!”
“aku tidak tertarik dengan wanita yang mengincar
harta keluarga ini”
…
“tuan muda, kau mengambil kunci yang salah. Gitar
ini tidak akan bunyi dengan baik”
“aku bosan dengan ini”
…
“tuan muda, bisakah kau fokus dengan nada bicara
nya? memang terdengar mirip, tapi kau harus berusaha agar bisa membedakan benda
ini dengan yang lainnya melalui nada bicara”
“aku tidak suka dengan bahasa mandarin. Aku bosan”
…
“ternyata dilihat lebih dekat, Kim Myung Soo ini
benar-benar tampan dan dewasa ya. Oh ya, perkenalkan putri kami Boo Kyu Han”
“Boo Kyu Han”
“aku tidak suka dengan wanita yang berlebihan, dia
sangat suka menguras uang untuk hal yang tidak penting. Memoles wajah nya agar
terlihat cantik, menghabiskan uang dari ayah dan ibu nya hanya untuk
memperbaiki wajah nya. AKU BENCI WANITA SEPERTI ITU!”
“KIM MYUNG SOO!”
…
“aku bosan dengan kehidupan ku” gumam Myung Soo, ia
bermain bola di dalam kamar nya yang luas. Kali ini adalah waktu nya belajar
bahasa Perancis. Tapi ia membolos dan mengatakan bahwa ia sedang sakit.
“ayah yang baik tapi jarang dirumah, dan ibu yang
menyebalkan yang selalu menuntun ku”
PRANG!
“gawat!”
Bola yang sedari tadi dimainkan oleh Myung Soo itu
berhasil membuat guci yang terletak indah di salah satu sudut ruangan kamar nya
pecah.
“ibu pasti marah”
-Red Color-
06 Agustus 2012
“cepat! Kemari!” Myung Soo tampak menarik kaus putih
yang merupakan kaus olahraga sekolah yang dikenakan Jieun. Jieun tampak gugup
untuk memasuki lapangan sepak bola yang luas, belum lagi siswa-siswa kelas
satu, dua dan tiga yang berkumpul untuk melaksanakan kewajiban mereka di club
sepak bola ini.
“kau tidak perlu takut! Jika seperti ini, kau tidak
akan dapat membahagiakan..”
“ya! ya! aku akan masuk!” teriak Jieun, ia berlari
masuk ke lapangan dengan terpaksa. Di belakang, Myung Soo tertawa puas.
“i.. ini lapangan sepak bola milik sekolah ini?”
Jieun mengerjapkan matanya beberapa kali, ia tidak percaya. Ternyata.. rumput
nya sangat bagus. Hijau.
“warna nya sangat bagus, damai” gadis itu kembali
tersenyum. Terlebih Myung Soo, ia merasa senang karena berhasil membuat gadis
di hadapan nya ini ikut bersama nya dan membuat nya melihat sesuatu yang belum
pernah di lihatnya. Terutama.. ia senang karena Jieun akan selalu berada di
sisi nya.
“OI! KIM MYUNG SOO! SEGERA KEMARI! KAU HARUS SEGERA
LATIHAN!” suara itu berasal dari lapangan tengah, ia adalah ketua club.
“baiklah, kau tunggu disini. Ah.. kau bisa duduk
disana, atau di di kursi penonton. Tugas mu, kau memberi ku air mineral dan
membawakan ku handuk, kemudian member..” wajah Myung Soo tiba-tiba memerah.
“member apa?” tanya Jieun bingung
“tidak, lupakan! Aku segera kembali, doakan aku agar
latihan ini lancar!” Myung Soo berteriak karena ia berlari menuju lapangan
tengah untuk berlatih.
“baiklah” Jieun mengangguk dan berniat untuk mencari
tempat duduk untuk menunggu Myung Soo berlatih selama 2 jam penuh.
2 hours later..
“ini ambil” Jieun melempar air mineral dan handuk
berwarna kuning pada Myung Soo yang baru selesai berlatih.
“hey! Kenapa kasar sekali?”
“aku tidak tahu, maaf”
“seharusnya kau memberikan ku dengan baik, jangan
melempar!”
“kan sudah ku katakan, aku tidak tahu!”
“maka dari itu, sekarang kau harus tahu!”
“baiklah!”
“sekarang mengapa diam saja?”
“kan sudah ku katakan dari awal, aku tidak tahu apa
yang harus kulakukan! Aku hanya tahu, memberikan air mineral dan handuk kecil
ini padamu”
“baiklah, akan ku maklumi. Ini adalah hari pertama
mu bekerja sama dengan ku”
“lalu.. apa yang harus kulakukan?”
“…” wajah Myung Soo kembali memerah
“hey katakan, aku tidak ingin mengambil gaji buta.
Aku akan melakukan apapun untuk mu, karena ini adalah tanggung jawab ku sebagai
assisten mu”
“baiklah, jika kau tidak keberatan. Tolong bersihkan
keringat ku” nada bicara Myung Soo memelan, ia malu. Teman-teman nya pun
langsung menatap nya dan Jieun. Menyoraki nya, ternyata seluruh orang yang
berkumpul di lapangan tengah itu mendengar seluruh pembicaraan kedua mahluk
tersebut.
Wajah Jieun ikut memerah, ia malu dengan sikap
teman-teman Myung Soo yang tengah menyoraki nya, “seharusnya, kau mengatakan
itu dengan pelan” bisik Jieun ketika ia membersihkan keringat Myung Soo
“ku rasa tadi itu sudah cukup pelan”
“aku malu”
“aku juga”
“ku fikir kau tidak pernah malu”
“hey! Aku juga manusia, perasaan malu itu pasti
dimiliki oleh manusia manapun! Kau kira aku binatang?”
“hey! Sadarlah! Sejak kapan aku menyebut mu sebagai
binatang!”
“tapi arah bicara mu itu menunjukkan bahwa aku
sederajat dengan binatang!”
“aku tidak mengatakannya! Kau sendiri yang
mengatakannya!” Jieun kesal, ia membersihkan keringat di wajah Myung Soo dengan
kasar
“hey! Hentikan! Pelan-pelan, kau terlalu kasar!”
keluh Myung Soo
“jika bicara jangan mengada-ngada!”
“assisten macam apa ini?” gumam Myung Soo
“hey Kim Myung Soo! Aku sudah berusaha menjadi yang
terbaik!”
“baiklah, baiklah. Cepat bersihkan keringat ku!
jangan di wajah ku saja, aku tahu aku tampan!”
“percaya diri sekali” cibir Jieun, ia menjulurkan
lidah nya tepat di wajah Myung Soo
“hey sudahlah berhenti. Myung Soo, kasihan assisten
mu itu” bela ketua club bola itu.
“Luhan! Jangan membela nya!” Myung Soo tampak tidak
terima dengan pembelaan yang dikatakan ketua club nya tadi
“KIM MYUNG SOO! BISAKAH KAU BERHENTI!?” teriak Jieun
kesal, ia menggosok keras tangan Myung Soo yang awalnya dibersihkannya.
“AHHHHHH SAKIT!”
-Red Color-
“aku pulang” Jieun meletakkan sepatu olahraga milik
nya di rak sepatu yang tempat nya berada di dekat pintu masuk.
“ayah dan ibu belum datang?” tanya Jieun ketika ia
mendapati adik nya yang sedang bersantai
Jihoo menggelengkan kepalanya, “Kenapa terlambat?”
tanya Jihoo yang sedang makan sambil menonton TV
“habis bekerja” jawab Jieun, ia duduk disamping
Jihoo. Merengangkan tubuh-tubuh nya yang sempat kaku karena lelah mengurusi
satu orang yang benar-benar menyebalkan.
“bekerja? Dimana?” Jihoo mulai tertarik dengan
jawaban Jieun tadi, ia menghentikan aktifitas memakannya sejenak, menunggu
jawaban dari kakak nya
“di orang yang menyebalkan”
“maksud mu?”
“tapi.. berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan
hal ini pada ayah dan ibu” bisik Jieun
“aku tidak janji”
“baiklah.. aku tidak akan mengatakannya”
“… baiklah! Aku janji untuk tidak mengatakannya”
Jieun tersenyum, “aku bekerja sebagai seorang
assisten, ia adalah senior ku di sekolah. Ia membutuhkan ku untuk mengatur
jadwal nya, sebentar lagi ia akan lulus. Dan, kebetulan ia tidak pandai membagi
waktu, jadi.. aku dimintai tolong oleh nya”
“dan kau mau?”
Jieun mengangguk, “bukan kah itu pekerjaan yang
mulia? Kita dapat membantu orang? Bantulah mereka yang membutuhkan, Bukankah
itu yang selalu dikatakan oleh ayah?”
“aku tahu itu, tapi.. apa kau baik-baik saja dengan
itu?”
“m.. maksud mu?”
“sudahlah lupakan, jaga kesehatan mu saja” jawab nya
dingin, ia beranjak dari sofa menuju dapur untuk mencuci piring makan nya,
kemudian masuk ke kamar dan menutup pintu nya dengan agak keras.
“aku.. aku tidak mengerti arah fikiran mu Jihoo”
gumam Jieun ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
-Red Color-
13 Agustus 2012
“woaaahhhh”
“jika menguap, tutup mulut mu. Bahaya jika ada
serangga masuk ke dalam mulut mu” Myung Soo mengacak rambut Jieun yang sebelum
nya sudah berantakan.
“maaf aku sedikit mengantuk, ini air mineral dan
handuk kecil untuk mu” Jieun menyerahkan kedua benda itu dengan sopan, kini ia
memberi nya dengan penuh tata krama. Ini adalah hari kedua dimana ia bekerja
sebagai assisten dari manusia paling menyebalkan, Kim Myung Soo.
Myung Soo menatap lekat wajah gadis kurus itu, “kau
lelah?”
“eh?” seketika mata Jieun membelalak, ia
menggelengkan kepalanya penuh semangat. “tentu tidak! Aku sangat bersemangat!”
Jieun tersenyum
“benarkah? Baiklah kalau begitu bersihkan keringat ku
ya?”
“uh.. baiklah” Jieun segera mengambil handuk kecil
itu, lalu beranjak dari tempat duduk nya, dan membersihkan keringat yang
mengalir di sekitar tengkuk Myung Soo
“pelan-pelan!”
“sudah!”
“kau terlalu keras membersihkannya!”
“tidak!”
“aku yang merasakannya!”
“baiklah-baiklah!”
“hey! Lee Ji
Eun! Apa yang kau lakukan? Ini tidak terasa sama sekali, kau membersihkan apa?
Keringat ku terus mengalir!” tawa kecil keluar dari bibir Myung Soo, ia
tersenyum puas. Puas dapat mengerjai gadis ini.
“aku sudah melakukan sebisa ku”
“kau harus menjadi assisten yang baik!”
“kau juga harus menjadi manusia yang baik! Jangan
hanya menyuruh!”
“aku sudah menjadi manusia yang baik!”
“tidak! Kau adalah manusia yang menyebalkan!”
“bisakah setiap pertemuan, kalian tidak membuat
keributan?” Luhan, ketua club yang kebetulan melewati tempat duduk penonton
yang di duduki oleh Myung Soo dan Jieun itu tertawa
“senior menyebalkan ini yang selalu membuat
masalah!” Jieun mulai menyalahkan Myung Soo
“tidak Luhan! Jangan percaya dengan kata yang keluar
dari mulut bocah itu!” bela Myung Soo, Luhan ia hanya tertawa
“aku tidak mengeluarkan kata! Aku mengeluarkan
kalimat!” balas Jieun, kali ini ia tidak ingin kalah. Ia mengacak rambut Myung
Soo sambil membersihkan keringat yang berada di tengkuk pria itu kasar
“HEY! Sudah ku katakana berapa kali, jangan terlalu
keras! Sakit!”
“jadi bisakah kau berhenti membuat ku kesal?”
“hey.. kalian, sudahlah masing-masing harus ada yang
mengalah” Luhan sebagai yang tertua, memutuskan untuk melerai kedua mahluk
keras kepala ini.
“aku tidak ingin kalah dari nya!” ucap kedua mahluk
tersebut.
“hah.. jika seperti ini kalian tidak akan pernah
akrab” keluh Luhan.
-Red Color-
Nampak nya..
Kanvas ku mulai di ciprati oleh beberapa warna yang
menarik.
Tidak lagi berwarna putih polos.
Dan tidak lagi ada warna yang dapat membuat mata ku
rusak akan kekilauan nya.
Aku mulai merasakan indah nya dunia ini.
Mulai merasakan kesenangan yang sudah direncanakan
oleh Tuhan.
Ku harap..
Warna menarik ini terus mengolesi kanvas milik ku.
Agar aku.
Dapat tersenyum akan kesenangan itu.
-Red Color-
24 Oktober 2012
“a.. aku berangkat” Jieun menarik knop pintu flat
nya dengan lemas.
…
“kau hampir lupa membawa kotak nasi mu” Jihoo
memberikan kotak nasi berukuran sedang berwarna biru muda itu pada Jieun, kakak
nya yang berada tidak jauh dari flat milik keluarga mereka.
“ah.. terima kasih Jihoo” Jieun tersenyum
“kau sakit”
“tidak”
“bohong”
“tidak, sudah cepat pergi ke sekolah. Kau akan
terlambat” Jieun mendorong adik nya dari belakang, bermaksud membantu Jihoo
untuk berjalan lebih cepat
Jihoo tiba-tiba berhenti jalan, ia membalikkan wajah
nya, dan menatap wajah kakak nya, “wajah mu sangat pucat kak, kau terlalu
bekerja dengan keras”
“haha kau tidak perlu khawatir, aku adalah orang yang
sehat! Percaya itu Jihoo” Jieun, ia tersenyum menutupi rasa sakit nya
“kau tau resiko dari berbohong? Kau tahu kan
konsekuensi berbohong?”
“…”
“bahkan kau yang terus mengingat kan ku agar aku
tidak menjadi orang yang pembohong!”
“baiklah.. maafkan aku Jihoo. Aku hanya tidak ingin
membuat mu, ayah dan ibu khawatir” suara Jieun melemas
“lebih baik, kau kembali pulang dan beristirahat penuh”
“tidak! Hari ini Myung Soo akan mengadakan latihan
untuk perlombaan! Akh! Hari ini aku akan menonton mu berlomba! Aku yakin, kau
pasti menang. Karena aku akan ada disana!” Jieun menjawab dengan penuh
semangat, ia tidak ingin mengecewakan adik nya seperti beberapa bulan yang
lalu. Dan membuat adik nya bersikap acuh padanya.
“lupakan semua nya! lupakan aku! Kau perlu istirahat
kak!”
“aku akan sehat ketika melihat mu tersenyum” Jihoo
terdiam, seperti ada yang menusuk. Selama ini, ia salah mengambil sikap untuk
menjaga image di hadapan kakak
perempuannya ini. Bersikap dingin pada kakak nya adalah jalan yang sesat yang
telah di lalui nya.
Senyuman manis itu akhirnya terukir di wajah Lee Ji
Hoo, sudah beberapa bulan yang lalu, Jieun tidak pernah melihat senyuman manis
dari adik laki-laki nya. Tanpa sadar, Jieun ikut tersenyum.
“aku merasa lebih baik, senyuman mu itu benar-benar
membuat ku memiliki engeri baru!” wajah berseri Jieun menghilangkan seluruh
rasa lelah, pusing yang tadi hinggap di dirinya karena terlalu memaksakan diri
untuk bekerja (menjadi seorang assisten)
“kakak..” Jihoo menatap kakak perempuannya ini, ia
membenci dirinya karena telah mengacuhkan kakak terbaik nya ini
“percayalah, aku akan datang untuk melihat mu
bertanding. Aku akan menjadi pendukung terbaik mu. Kau pasti akan menang” Jieun
tersenyum, ia menatap mata Jihoo lekat. Ia serius dengan perkataannya
“benarkah?”
“tentu, karena aku adalah.. penggemar setia mu.
Percayalah”
-Red Color-
“kau melihat gadis kecil yang terlihat polos seperti
anak kecil yang sebenarnya sedikit menyebalkan dan banyak bicara? Kau melihat
nya tidak?” Myung Soo sibuk bertanya tentang keberadaan assisten nya, ia telah
mencari ke tempat biasa Jieun menunggu nya latihan. Tapi, hasil nya nihil.
“ah.. gadis yang selalu berdebat dengan mu itu?”
“hm! Kau lihat tidak?”
“maaf, tidak” Myung Soo berlari menuju ruang ganti,
ia menemui Luhan, ketua club nya yang juga dekat dengan Jieun karena ia selalu
berusaha untuk melerai perdebatan antara Myung Soo dan Jieun
“Luhan! Kau lihat Jieun tidak?” tanya Myung Soo
panik
“tidak, kau sudah mencarinya di tempat biasa ia menunggu
mu?”
Myung Soo mengangguk, “sudah”
“tadi saat latihan, aku melihat nya duduk di kursi
penonton dengan wajah nya yang sedikit lelah. Tapi setelah beberapa menit
kemudian, aku melihat ke arah nya lagi, tapi ia sudah tidak duduk disana”
“lalu.. dimana dia?”
“coba kau hubungi dia”
“aku tidak tahu nomor nya” jawab Myung Soo lemas
“mungkin.. ia berada di dekat lapangan tengah!
Mungkin ia sedang membeli minuman kaleng, aku sering melihat nya disana untuk
membeli minuman untuk mu. Maaf, aku tidak bisa membantu mu aku harus mengurusi
perlombaan club ini” nada kecewa dari Luhan tampak jelas, ia juga khawatir
dengan keberadaan Jieun.
“tidak apa, terima kasih Luhan!” Myung Soo segera
berlari, ia takut terjadi apa-apa dengan Jieun. Ia sangat khawatir, apalagi
ketika Luhan memberitahu nya bahwa wajah Jieun sedikit lelah. Apa ia terlalu?
Apa ia terlalu membuat Jieun untuk bekerja keras demi nya? Ia sadar, bahwa ia
telah menyuruh Jieun hal-hal bodoh hanya untuk mengerjai gadis itu. Hanya untuk
membuat dirinya tersenyum.
“hh.. hh.. hh..” Myung Soo berusaha mengatur nafas
nya, ia sampai di lapangan tengah, ia mencari di sudut-sudut lapangan tersebut,
dimana Jieun?
“tidak ada”
“dimana dia?”
“bocah itu..”
“shh.. kemana dia?”
“tunggu.. itu.. bukankah..”
“LEE JI EUN!” akhirnya, Myung Soo menemukan
keberadaan Jieun. Ia mendekat ke arah Jieun yang tengah tertidur disamping
mesin minuman kaleng.
Myung Soo menatap lekat wajah lelah dari gadis yang
berada di hadapannya, “dia pasti sangat lelah”
“apa yang telah ku perbuat padanya” Myung Soo merasa
sangat bersalah, ia mengambil dua minuman kaleng yang di pegang Jieun. Pria itu
duduk disamping Jieun, menyandarkan kepala Jieun di bahunya.
“aku tidak tahu.. aku tidak tahu jika kau sangat
lelah dan berusaha melakukan apapun untuk dapat membahagiakan orang-orang yang
kurang beruntung”
Myung Soo menatap langit sore, “aku salut padamu”
Myung Soo kembali menatap wajah Jieun yang terlihat
tenang saat tidur, lalu pria itu tersenyum, “entah kapan perasaan ini mulai.
Yang selama ini aku inginkan.. hanya kau yang selalu berada di samping ku”
“jika kau
berhasil membuat beberapa orang bahagia. Aku yakin, dan aku yakin dengan
perasaan ku , aku yakin.. aku pasti akan membahagikan mu Lee Ji Eun” pria itu kembali tersenyum. Entah apa maksud dari
arti senyuman itu.
-Red Color-
17 Desember 2012
“KIM MYUNG SOO! BERJUANGLAH!” teriak Jieun dari
jarak jauh, ia menjadi salah satu penonton dari beratus-ratus penonton lainnya.
“LUHAN KAU JUGA!”
“SEMUANYA JUGA!” teriak nya lagi, ia terlalu semangat
untuk ini. Walau.. hati nya terkadang sepi, karena kesibukan Myung Soo pada
latihan untuk perlombaan sepak bola nasional ini.
“kak! Suara mu sudah cukup besar, jangan berteriak.
Itu membuat yang lainnya terganggu” Jihoo, adik Jieun juga turut menonton
pertandingan bola yang diikuti oleh club sepak bola sekolah Jieun
Jieun tersenyum, “aku terlalu bersemangat”
Kali
ini, hubungan Jieun dan Jihoo semakin membaik. Semenjak, Jieun menonton
pertandingan nya 2 bulan yang lalu. Jihoo kala itu sangat senang akan kehadiran
Jieun yang sedikit terlambat selama beberapa menit. Dan benar, Club basket
Jihoo menang. Seakan ada kekuatan batin yang membuat Jihoo semangat untuk
bermain. Semenjak itu, ia tidak pernah mengacuhkan kakak nya yang benar-benar
menyanyangi nya. Ia tidak ingin menyesal seperti yang waktu itu terjadi
padanya. Sudahlah.. itu adalah masa lalu.
“Myung Soo.. kenapa kau terus meniriaki namanya?”
tanya Jihoo heran, Jieun yang ditanya hanya tersipu malu
“tidak.. hanya karena ia.. adalah orang yang membuat
ku dapat menggapai cita-cita kecil ku” Jieun menjawab dengan lugas, dengan mata
yang tertuju pada pria yang tengah asik mengoper bola di lapangan tengah itu.
“apa hanya itu alasannya?”
“ah.. a.. ak… aku tidak tahu itu”
“kak.. apa kau me.. menyukai nya?” goda Jihoo
“hey Jihoo! Kau jangan sembarangan!”
“hey aku bercanda! Aku hanya ingin menggoda mu!”
“ahh lupakan! Aku malu!”
“jadi.. benarkah kau menyukai nya?”
“aku tidak tahu itu, karena sebelum nya.. aku tidak
pernah merasakannya”
Jihoo menatap kakak nya itu dari samping, lalu
tersenyum,”lain kali cerita lah padaku”
Jieun menatap adik nya tidak percaya, lalu
menganggukan kepalanya “baiklah!”
-Red Color-
Warna merah..
Hampir saja menghampiri kanvas ku.
Kuning.
Hijau.
Biru.
Jingga.
Ungu.
Dan beribu-ribu warna lainnya telah menciprati
kanvas milik ku.
Tapi yang ku inginkan belum juga datang.
Warna merah.
Ya, warna merah itu belum pernah menyentuh kanvas ku
yang penuh.
Bahkan ketika warna merah itu hampir menghampiri
kanvas ku, aku sudah terlalu senang akan itu.
Tapi, ketika warna merah itu tidak jadi mengenai
kanvas ku. Hati ku benar-benar sakit.
Ketika rasa senang itu muncul, tidak lama.. rasa
pahit dan sakit itu akan muncul juga.
-Red Color-
“Kim Myung Soo, ini.. air mineral dan handuk kecil
untuk mu” Jieun menyodorkan barang-barang keperluan Myung Soo setiap selesai
latihan, untuk kesekian kali nya. Myung Soo mengabaikan Jieun, pria itu lebih
memilih untuk menemui penggemar wanita nya yang telah berbaris rapi di pinggir
lapangan tengah.
Jieun menatap air mineral dan handuk yang masih di
pegang nya, “mungkin dia sedang tidak ingin!” ujar nya
“lebih baik untuk ku” Luhan, pria itu mengambil
kedua barang yang masih di pegang Jieun. Ia langsung meneguk air mineral itu,
dan membersihkan keringatnya dengan handuk yang awal nya akan digunakan Myung
Soo.
“Myung Soo beruntung memiliki assisten seperti mu”
ujar Luhan ketika ia selesai menghabiskan setengah isi dari botol air mineral
yang baru diminumnya, dan itu membuat Jieun sedikit terkejut
“kau bisa menghabiskan setengah dari air mineral itu
dalam sekejap? Woaahh kau hebat” Jieun menepukkan kedua tangannya sambil
mengerjapkan kedua matanya tidak percaya, dan itu membuat Luhan tertawa
“kau ini, bukankah ini hal biasa?”
“tidak, biasanya Myung Soo dapat menghabiskan itu
dalam waktu 20 detik. Dan kau dapat menghabiskan itu dalam waktu 9 detik! Kau
benar-benar hebat senior!” Jieun kembali menepuk kedua tangannya
Luhan mengacak pelan rambut Jieun, “kau ini lucu”
kemudian ia tertawa
Tanpa sadar, Myung Soo berjalan mendekati Luhan dan
juga Jieun. “tidak seharusnya kau berada di sini” ujar Myung Soo tajam
“maksud mu? aku?” Luhan menunjuk dirinya
“kau fikir siapa?” mata dingin Myung Soo tengah
menatap tajam mata polos milik Luhan
“hm.. aku hanya berfikir bahwa air mineral dan
handuk yang tidak digunakan sebaiknya kugunakan” Luhan menjawab dengan tenang
Myung Soo sempat memberi Luhan tatapan tajam nya,
kemudian berlalu dari hadapan Luhan dan juga Jieun, “dia kemana?” tanya Jieun
pada Luhan
“mungkin ke bank”
“kali ini dia sangat terkenal, bahkan ketika ia
berjalan banyak orang yang mengikuti nya. Jika seperti itu, asik tidak?”
“hahaha kau ini, apa kau ingin merasakannya juga?”
“hmm.. ingin!”
“baiklah, coba kau berjalan”
Jieun terlihat bingung dengan perintah Luhan, dan
akhirnya ia menuruti nya. Jieun berjalan..
“aku akan mengikuti mu” ujar Luhan yang berada di
belakang Jieun
Jieun tersenyum, “ah.. jadi seperti ini jika diikuti
seseorang. Aku merasa lebih percaya diri hahaha sudahlah senior, aku jadi malu
jika kau mengikuti ku” Jieun menutup wajah nya dan tertawa, begitu juga dengan
Luhan
-Red Color-
20 Desember 2012
“aku yakin! Myung Soo pasti senang!” Jieun tersenyum
melihat kostum yang ia kenakan
…
04.00 pm
“Sungyeol! Berlatihlah lebih keras!”
“aku sudah berlatih!”
“perut mu yang buncit itu menganggu mu untuk berlari
lebih kencang!”
“aku tahu itu Sungjae”
“ah iya! Hari ini Myung Soo ulang tahun!”
“benarkah?”
“wahh.. pasti ada pesta!”
“pesta!”
“pesta!”
“hey.. sadarlah, besok kita akan bertanding. Jangan
membuang waktu kalian!”
“baiklah.. sebagai ganti dari pesta. Aku akan
membayari kalian makan sepuasnya!” teriak Myung Soo
“jelas saja, ia sudah cukup puas dengan hadiah yang
diberikan penggemar nya”
“jadi sekarang Myung Soo lah yang harus memberi kita
hadiah!”
“Sungyeol.. kau lihat disana ada badut” Sungjae,
salah satu anggota club sepak bola menunjuk kearah luar gedung sepak bola
“hahaha badut apa itu?”
“ia membawa sebuah spanduk!”
“apa? Apa? Cepat baca!”
“KIM MYUNG SOO
SELAMAT ULANG TAHUN, KAU PASTI BISA BESOK! AKU AKAN SELALU MENYEMANGATI MU!
SELALU ^^”
“cih.. menjijikkan” Myung Soo mengatakan itu tepat
di hadapan badut berwarna merah itu. Lalu kembali menjauhi badut itu bersama
anggota club sepak bola.
BRUK..
Badut
itu tersimpuh jatuh, kado yang di pegang nya itu juga jatuh.
“hey.. Myung Soo kau telah mengkhianati nya!”
Luhan, ia segera berlari menuju badut itu. Ia
berusaha membuka kepala badut itu, tapi ditahan. Terdengar isakan tangis
berasal dari dalam badut itu.
“mereka sudah pergi, bukalah” suruh Luhan pada badut
itu
Badut itu akhirnya membuka kepala dan..
“Jieun?” Luhan membelalakan kedua matanya
“Myung Soo.. aku tidak yakin dia adalah.. Kim Myung
Soo” Jieun menangis
“a.. aku yakin dia akan menyukai ini. Karena ini adalah
salah satu kesukaannya, ia menyukai badut” lanjut Jieun masih dengan air
matanya yang terus menerus mengalir
Luhan.. pria itu hanya bisa melihat gadis itu
menangis. Ia.. ia juga merasakan hal yang sama. Hati nya ikut menangis.
-Red Color … To Be
Continue-
Note :
Hay.. aku balik lagi. Ini waktu hari Sabtu tanggal
21 bulan September dan tahun 2013 buahahaha. Dan hari ini tidak ada pelajaran,
karena ada Expo Pendidikan di sekolah, jadi gak belajar deh horee ^o^
Nah, waktu nya itu nulis ini lagi.
Pada bingung ya?
Kok bisa nyasar Luhan?
Terus ada Flashback2 nya hahahahaha gue juga bingung
kenapa :D
Maaf ya, jadi agak bingung gitu. Aku juga belum ku
cek lagi, langsung ku publish aja deh. Moga suka ya, heh inget di comment :p
kunjungi juga blog ku ^^
wah triangle love myungsoo-iu-luhan nih? makin seru deh ceritanya. keep writing author :)
BalasHapusiya ^^
Hapusmakasih kamu udah komentar, kunjungi blog ku juga ya ^^
aku masih buta maksud di wordpress, tolong bantu-bantu aku ya~ makasih ^^
wwwaaaa kereeeeennnn banget.....
BalasHapusbikin lagi dong ff IU Luhan sma L, aku suka bnget sma mereka, aplg cerita ff ini, walopun bngung sma endingnya, hehe.... #goodjob
waaaaaaaaaa makasih banget ^^
Hapusiya ini baru mau ngepost yang ketiga, ditunggu komentar nya ya ^^
ini belum ending kok, ya mungkin sampe part 4 atau 5 lah ditunggu ya :D
Waaaah ternyata udh di update ini ceritanya. Hmm.. Luhan care banget sm jieun :)
BalasHapusiya, eps 3 nya udah ada kok. Ditunggu untuk beberapa eps nya aja lagi, ntar ada project baru ^^
Hapus