Selasa, 15 Oktober 2013

Red Color 3




Title     : Red Color (3)
Cast     : Lee Ji Eun. Kim Myung Soo. Xi Luhan.
Genre  : Romance



Don’t Be Plagiator.
Read. Like. And Comment.




20 Desember 2012

“aku bodoh..”
“tidak”
“aku bodoh, mengapa aku sudah bertindak sejauh ini”
“kau tidak bodoh, ini.. hanya masalah waktu”
“senior.. aku bodoh”
“…. Kau tidak bodoh Jieun!”
“aku bodoh! Karena aku telah menyukai nya!”

DEG!

            Luhan membelalakan kedua matanya, dugaannya selama ini ternyata benar. Hati nya.. benar-benar sakit. Ia menangis, hati nya menangis. Kim Myung Soo benar-benar orang yang jahat, ia telah menyia-nyiakan gadis yang berada di dekapan nya sekarang. Ia benci Myung Soo. Luhan membenci nya. Karena pria brengsek itu telah menyakiti gadis yang disukai nya diam-diam. Lee Ji Eun.

“lupakan pria brengsek itu!” umpat Luhan, ia memeluk tubuh Jieun yang berbalut kostum badut. Mendekap nya dengan penuh kasih sayang.
“… bagaimana cara nya?”
“jauhi dia!”
“dia telah menyakiti mu!”
“….” Isakan tangis Jieun semakin keras, ia menumpahkan kesedihan nya di dada bidang milik Luhan.
“aku akan membantu mu untuk melupakan nya” Luhan tampak mantap dengan pernyataan nya tadi, pria itu akan melakukan dengan tulus. Karena.. ia menyayangi gadis ini.
“… Senior.. maafkan aku, aku banyak menyusahkan mu”
“tidak sama sekali”

            Dari jauh, mata elang itu menatap kedua mahluk yang sedang bersimpuh. Gadis itu tampak mengeluarkan isi hati nya yang berupa air mata, sedangkan pria yang berada di hadapan nya sedang mendekap nya hangat. Tatapan tajam itu berarti sebuah kebencian kepada pria yang tengah memeluk erat gadis itu.

-Red Color-

27 Desember 2012

            Sudah tujuh hari semenjak kejadian itu. Jieun akhirnya, menemui Myung Soo. Myung Soo merasakan kesepian yang melanda nya di tempat latihan. Ia sendiri, tanpa ada assisten yang banyak bicara. Luhan, ketua club nya itu menjaga jarak dari nya. Entah, Myung Soo atau Luhan yang menjaga jarak. Inti nya, mereka tidak pernah tegur sapa. Menatap satu sama lain saja tidak. Seperti 2 hari yang lalu, ketika latihan usai. Luhan seperti biasa, menepuk telapak tangan setiap pemain. Dan.. saat pria itu tepat berada di wajah Myung Soo. Kedua pria itu membuang wajah, tidak ingin menatap satu sama lain.
            Gadis itu duduk di bangku penonton, layak nya saat ia menjadi assisten Kim Myung Soo yang senantiasa menunggu kehadiran pria berwajah tampan itu. Tapi kini... tidak ada handuk kecil maupun air mineral yang di bawa oleh gadis itu. Hanya tatapan sendu, dan kantung mata yang terlihat jelas.
            Myung Soo yang tengah berlatih tampak terkejut mendapati gadis yang beberapa hari lalu ingin di temui nya. Sedikit senyum di lontarkan nya.

“Kim Myung Soo!” teriak Jieun ketika Myung Soo selesai berlatih. Senyum senang yang tampak di buat-buat oleh Jieun itu diberikan untuk pria yang tadi di panggil nya.
“… kau mencari ku?” balas Myung Soo teriak. Jelas saja mereka berteriak, jarak mereka berdua sangat jauh.
Jieun menganggukan kepala nya, menandakan ‘ya’.
“tunggu sebentar!”

-Red Color-

Myung Soo duduk di samping Jieun, sudah beberapa menit yang lalu suasana disana bisu. Hening. Tidak ada yang ingin mulai berbicara.
“Myung Soo! Penggemar-penggemar mu telah menunggu mu di depan! Cepatlah! Aku ingin segera di kenalkan oleh beberapa penggemar mu!” Sungyeol yang berada di tengah lapangan itu membuat Myung Soo sedikit terkejut, ia menjawab dengan satu anggukan. Sedangkan Jieun, ia sibuk memutar-mutar kan ponsel nya, sekedar untuk menghilangkan rasa gugup nya.
“jadi.. ada apa?” Myung Soo melirik gadis di samping nya, suasana sudah lebih cair dari sebelum nya. Myung Soo sedikit berterima kasih pada anggota club nya. Sungyeol. Karena Sungyeol lah yang membuat dirinya lebih percaya diri untuk memulai perbincangan dengan Jieun.
“ahh.. i.. itu..”
“Jieun”
“…. Hm?”
“mengapa kau tidak pernah kesini lagi?”
Jieun menghela nafas, “karena aku tidak bisa”
“mengapa?”
“banyak alasan nya”
“sebutkan!”
“tidak cukup, bahkan sampai hari ini berakhir pun tidak akan selesai”
“jika seperti itu.. sebutkan salah satu nya!” Myung Soo memaksa, ia penasaran akan alasan assisten nya itu.
Jieun menatap pria itu, di lihat nya mata yang membuat nya jatuh hati, secepat nya di alihkan objek tatapan nya. Gadis itu menghela nafas lagi lalu menjawab, “karena..”
Jeda yang cukup lama.
“karena aku sibuk dengan pelajaran”
Myung Soo menatap gadis itu dari samping, mata gadis itu memancarkan kebohongan. Ia tidak serius akan jawaban nya itu. Baru saja pria ini akan mengelak, Jieun tiba-tiba mengucapkan kalimat yang tidak ingin di dengar nya.
“Luhan senior dimana?”

DEG!

“untuk apa kau mencari nya?”
“ada urusan”
“urusan apa?”
“kau tidak perlu tahu itu”
“tentu saja aku harus tahu!”
“kau bukan siapa-siapa ku!”
“kau adalah…”
“aku, siapa mu?”
“tentu saja kau adalah assisten ku!”
“tapi sekarang tidak”
“… mm.. maksud mu?”
“karena tujuan ku menemui mu hari ini adalah.. berhenti menjadi assisten mu”
Pupil mata Myung Soo seketika membesar, ia kaget. Dengan gugup ia bertanya, “me.. mengapa?”
Jieun beranjak dari kursi yang dari tadi menjadi penopang tubuh nya. Entah lemas atau apa, ponsel yang di pegang nya sedari tadi terjatuh. Dengan sigap, Myung Soo mengambil ponsel putih milik Jieun. Di lihat layar ponsel touch screen milik Jieun yang retak. Ponsel itu…
“terima kasih telah mengambil nya” Dengan cepat Jieun mengambil ponsel nya yang di pegang Myung Soo, suara nya bergetar. Lalu, ia memberikan tas yang dari tadi dibawa nya kepada pria itu.
“a.. apa ini?” Myung Soo sangat banyak dibuat terkejut oleh Jieun.
“bawa saja” Jieun melangkah kan kaki menjauhi diri dari Myung Soo. Punggung Jieun tampak naik turun. Ternyata.. ia menangis.
“gadis itu..” Myung Soo membuka tas yang baru diberi oleh Jieun.
Isinya adalah..
Uang.
            Berisi surat di dalam tas itu. Yang berisi..

Ini adalah uang darimu. Selama ini aku belum menggunakan nya, aku akan menggunakan nya ketika uang itu cukup membelikan orang-orang kurang mampu makanan. Entahlah, aku juga bingung dengan uang yang ternyata sudah cukup untuk ku gunakan. Tapi.. ku rasa orang yang kurang mampu masih banyak di luar sana. Jadi.. ku putuskan untuk tidak ku gunakan. Ini.. ku kembalikan padamu. Tanpa ada yang kurang. Terima kasih telah memberi ku.. kebahagiaan sehingga aku bisa tersenyum. Lee Ji Eun.

            Tanpa terasa, air mata Myung Soo meleleh di pipi nya. Pria itu.. juga menangis.

-Red Color-

Sret..

            Tangan besar yang tampak nya merupakan tampak pria itu cepat-cepat menarik lengan kecil milik Jieun. Dengan cepat, pria itu memeluk tubuh kecil Jieun yang lemas di balik dinding.
“kau melakukan hal yang benar” pria itu mengusap punggung Jieun.
“Senior.. maaf aku..”
“aku yang seharusnya meminta maaf padamu, karena aku datang terlambat”
“aku rasa.. setelah ini pasti sulit”
“kau bisa, karena ada aku yang akan menemani mu”
“terima kasih Luhan senior”
“aku hanya ingin kau.. kau yang menyukai ku. Bukan kau yang menyukai nya!” teriak Luhan, tapi sayang ia hanya berani berteriak seperti itu di dalam hati nya.

-Red Color-

31 Desember 2012

“ibu.. ini diletakkan dimana?” tanya Jieun. Ia membawa dua buah piring berisikan kue kering.
“hay Jihoo! Jangan seperti itu! Nanti piring nya akan jatuh!” Jieun membentak adik nya yang tengah duduk bersama ayah di sofa. Jihoo sengaja menghalangi jalan Jieun, ia tertawa puas karena ia telah berhasil membuat Jieun kesal.
“aku hanya bercanda” ujar Jihoo masih dengan tawa khas nya.
“tapi tadi berbahaya” Jieun menatap tajam adik nya sembari menaruh dua piring yang tadi dibawanya ke meja di depan sofa.
“ayah.. Jihoo remaja semakin nakal!” Jieun mengadu kepada ayah nya yang berada tepat di samping Jihoo.
“tidak ayah! Kakak saja yang mengada-ngada!” elak Jihoo, ia masih tertawa.
“sudahlah, kali ini ayah membela Jieun. Tadi, ayah lihat Jihoo menghalangi jalan Jieun, benarkan? Jadi, kali ini Jihoo yang salah. Dan, Jieun yang benar” Ayah tertawa melihat ekspresi kedua anak nya. Jieun tertawa puas, sedangkan adik nya memasang wajah sedih yang dibuat-buat. Dan akhirnya, mereka menyadari ekspresi lucu dari mereka sendiri yang membuat ketiga nya tertawa bahagia.
“hay.. apa yang kalian tertawakan? Mengapa Ibu tidak diajak?” Ibu yang muncul dari jalur dapur pun menuju ruang tengah yang sebenarnya jarak kedua ruangan tersebut sangat dekat. Ibu membawa piring besar yang berisikan daging sapi bakar yang tadi sore dibeli ayah. Tapi, Ibu memanaskan nya lagi agar hangat. Karena daging seperti itu lebih nikmat di makan ketika hangat.
“ahhh Ibu! Aku mau! Aku mau!” teriak Jieun dan Jihoo. Mereka berdua langsung berebut daging sapi yang sudah di potong kecil-kecil. Ibu dan Ayah hanya tersenyum senang melihat kedua anak nya bahagia dengan keadaan yang.. seperti ini.
Ayah dan Ibu duduk di sofa sambil menikmati daging bakar, Jieun dan Jihoo juga menikmati daging itu, tapi mereka duduk di bawah. Keluarga kecil ini menikmati hiburan yang ditayangkan di televisi. Banyak acara tahun baru yang membuat keluarga ini enggan keluar rumah.
Acara musik menjadi pilihan keluarga ini, banyak artis yang ikut merayakan nya pada acara itu. Sedikit dendangan dari Jieun dan juga Jihoo ketika artis yang mereka sukai bernyanyi di panggung sana. Ibu dan Ayah juga tidak ingin kalah, mereka berdua ikut menyanyikan lagu ‘All For You’ yang menjadi salah satu OST drama korea hit tahun ini ‘Reply 1997’. Bahkan, Jihoo membuat usul bahwa acara tahun baru kali ini, lebih baik berkaraoke di rumah. Semua menyiapkan mike buatan yang diambil asal. Jieun mengambil botol minuman yang berada di hadapan nya untuk dijadikan mike. Jihoo mengambil majalah yang berada di bawah meja, lalu digulungkan nya, dan dijadikan mike nya. Sedangkan Ayah dan Ibu menggunakan tangan mereka yang dikepal untuk dijadikan mike. Tawa dan senyuman mereka terlihat jelas bahagia. Jika ada orang yang membuka pintu flat keluarga kecil ini, mungkin mereka juga ikut merasakan aura bahagia. Seakan masalah yang mereka hadapi tahun ini hilang begitu saja.
Jarum jam telah menunjukkan angka 11.00. Satu jam lagi, tahun akan terganti. Keluarga Lee ini telah selesai merayakan karaoke mereka. Mereka mengincar minuman segar, karena tenggorakan mereka sangat kering akibat bernyanyi terlalu keras.
“maaf, Ayah dan Ibu tidak bisa membawa kalian ke tempat hiburan untuk merayakan tahun baru kali ini” Ayah tersenyum sedih menatap kedua anak nya. Ibu juga menampakkan wajah kecewa nya.
“tidak masalah. Yang penting, aku dan Jihoo bisa merayakan tahun baru bersama Ayah dan Ibu. Dirumah seperti ini saja kami sangat senang” jawab Jieun setelah meneguk air mineral.
“Ayah dan Ibu tidak perlu sedih dan kecewa. Karaoke bersama seperti tadi saja aku sangaattttt bahagia. Aku seperti lepas dari kepenatan masalah yang terjadi pada tahun ini, benarkan kak?” Jihoo menatap Ayah dan Ibu kemudian melirik Jieun meminta persetujuan agar penyataan nya yang tadi dianggap benar.
Langsung saja Jieun mengangguk setuju, “benar kata Jihoo!”
Senyum cerah mengembang di wajah Ayah dan Ibu. Begitu juga dengan Jihoo dan Jieun.
“ah iya, tadi.. kau bilang ada masalah pada tahun ini. Masalah apa?” tanya Ibu pada Jihoo.
“hahaha masalah itu, waktu itu aku sangat kesal pada kakak. Mula nya, karena kakak tidak menonton pertandingan basket pertama ku, kakak datang disaat pertandingan nya berakhir. Karena aku emosi karena sekolah ku kalah, jadi.. aku melampiaskan nya pada kakak. Dan berujung, bersikap dingin dan acuh terhadap kakak selama beberapa bulan. Aku menyesal telah bersikap seperti itu pada kakak. Maafkan aku kak..” Jihoo menceritakan masalah nya pada Ayah dan Ibu, Jieun hany tersenyum, menanggapi adik nya.
“Lee Ji Hoo.. kau adalah anak laki satu-satu nya. Kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kamu lakukan. Kau juga harus pintar mengendalikan diri mu, jangan terlalu mengandalkan emosi mu. Jagalah kakak mu, dia adalah kakak perempuan mu satu-satu nya. Begitu juga dengan Jieun, jaga dan rawat Jihoo baik-baik. Dia adalah adik laki mu, dia adik satu-satu nya bagimu. Kalian harus pandai menjalin hubungan saudara. Jangan sering berkelahi. Dan selalu mengingatkan satu sama lain apa yang telah Ayah dan Ibu bicarakan” Ayah selalu mengingatkan kata-kata bijak nya untuk mengintropeksi diri Jieun dan Jihoo. Kedua anak nya itu pun mengangguk nurut, mereka menyimak dengan serius.
“Ibu kira.. Jihoo memiliki masalah percintaan” goda Ibu. Jihoo cepat-cepat membantah. Dan membuat semua tertawa.
“kakak yang memiliki masalah percintaan tahun ini!” Jihoo menunjuk Jieun.

DEG!

“benarkah? Wah.. anak perempuan kita ternyata sudah mengenal cinta ya?” tanya Ibu sambil menatap Jieun untuk segera menceritakan kronologis nya. Ayah hany tertawa. Sedangkan Jihoo tertawa puas, karena sekali lagi berhasil membuat Jieun, kakak nya menjadi korban atas kejahilannya.
“hm.. benar” jawab Jieun ragu.
“sudahlah, cerita saja.. Kami semua akan membantu mu agar tidak terjerumus ke arah tidak baik” senyuman Ibu membuat hati Jieun luluh. Dan akhirnya, mau tidak mau Jieun menceritakan nya.
“waktu itu.. aku dan dia..”
“siapa nama nya? Biar kami tidak bingung” potong Jihoo.
“baiklah, aku dan Kim Myung Soo pertama kali bertemu di halte bus. Aku menunggu bus pulang sekolah. Ia melempari ku batu, aku membalikkan badan ku untuk menegur nya. Ternyata.. ia membentak ku dan memvonis jika kejadian itu aku yang salah karena berdiri di tempat yang bukan seharusnya, tapi seperti nya ia sangat senang menjahili ku” jeda.. Jieun mengingat moment saat ia menatap Myung Soo. Disaat mata mereka saling bertemu.
“lalu?”
“lalu.. bus datang. Ia duduk di samping ku, dan menanyakan hal-hal yang bodoh dan membuat ku kesal. Ketika itu, bus telah sampai di halte depan (dekat flat) dan aku akan turun. Tapi, ia menahan ku sehingga aku tidak jadi turun. Dan akhirnya, aku turun beberapa meter dari halte itu setelah menggigit tangan nya” Jieun tersenyum geli, mengingat betapa bodoh nya ekspresi Myung Soo kala itu.
“ia terus berusaha dekat dengan ku. Sampai akhirnya, aku marah padanya. Ia meminta maaf. Dan akhirnya.. ia memintai ku untuk menjadi assisten nya di club sepak bola. Tapi.. karena ada sesuatu. Aku menjauhi nya, dan sekarang.. aku sudah tidak menjadi assisten nya lagi. A.. aku.. ingin fokus untuk belajar!” hampir saja Jieun meneteskan air mata nya, kenangan nya kembali teringat. Ketika ia menghampiri Myung Soo di lapangan tengah untuk terakhir kali nya.
“tapi.. ada orang yang khusus bagi ku. Ia adalah pria yang sangat baik. Ia menjaga ku, dan terus menyemangati ku” lanjut Jieun. Kenangan menyedihkan itu tiba-tiba tergantikan oleh Luhan yang sedang tersenyum untuk nya.. hanya untuk Jieun. Gadis itu kembali tersenyum.
“siapa nama nya?” tanya Ibu penasaran.
“Xi Luhan” Jieun tersenyum. Ia baru sadar, Luhan adalah teman yang paling memperhatikannya. Ia terlalu larut dalam kesedihan segala tentang Kim Myung Soo. Ia baru sadar, bahwa ketika ia sedih. Luhan lah yang berada di samping nya, menyediakan dada bidang nya. Pundak nya. Dan senyuman nya hanya untuk Jieun seorang.
Semua tersenyum, seperti menyimpulkan beberapa kalimat yang sebentar lagi akan di lontarkan. Kali ini Ibu duluan angkat bicara, “kau menyukai siapa? Kim Myung Soo?”
Jieun ragu untuk menjawab, lima puluh persen hati nya mengatakan ‘YA’ dan sisa nya mengatakan ‘TIDAK’ mengingat dirinya telah di acuhkan dan di permalukan belakangan ini.
“tidak ada salah nya untuk menyukai seseorang. Kau tidak tahu, dirimu menyukai nya atau tidak. Karena hatilah yang akan menjawab. Jika kau menyukai nya, jangan sia-sia kan waktu mu untuk belajar tentang dirinya. Tapi.. tadi kau bilang, kau ada masalah?” Jieun mengangguk.
“apa karena itu kau ingin belajar dengan fokus sehingga kau menjauhkan diri dari Myung Soo?” Jieun mengangguk lagi. Sebenarnya bukan hanya karena itu saja.
“ jangan terlalu fokus agar dirimu tidak penat, kau juga butuh cinta dari seorang pria. Yang inti nya, kedua nya jangan terlalu berlebihan. Imbangi” Ayah memotong pembicaraan Jieun dan Ibu. Ayah seakan bisa membaca fikiran Jieun yang tidak dapat menjawab pertanyaan Ibu.
“kurasa.. aku akan lebih menyukai Xi.. Xi.. Xi Luhan! Awal nya ku kira nama nya hanya Luhan, ternyata ada marga nya” ujar Jihoo yang memang sudah tahu sedikit tentang Luhan, ia juga pernah melihat nya, tapi hanya sekilas ketika ia diajak Jieun untuk menonton pertandingan bola.
“apa dia orang Korea? Mengapa nama nya aneh sekali?” sambung Jihoo.
“dia adalah warga asli China” jawab Jieun sambil tersenyum.

Tok..

Tok..

“biar aku saja yang membuka nya! Siapa tahu itu.. Xi.. Luhan!” Jihoo segera beranjak, berjalan menuju pintu flat. Lalu membukanya, dilihat nya pria bertubuh kurus dengan pakaian yang keren sambil tersenyum.
“apa.. Lee Ji Eun ada?” tanya pria yang berada di luar flat. Jihoo agak sedikit terkejut.
“Xi.. Luhan?”
“Lu.. Luhan? Ah.. aku Kim Myung Soo” jawab pria itu. Ia tersenyum hambar.
“bawa tamu nya masuk Jihoo!” suruh Ibu.
“siapa tamu yang berkunjung malam seperti ini?” dimakan oleh penasaran, Jieun berdiri dan menghampiri Jihoo. Ditengok nya pria yang berada di luar flat.

DEG!

“se.. senior? Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jieun kaget. Ia menutup mulut nya yang terbuka menggunakan sebelah tangan nya.
“aku ingin mengajak mu menghabiskan waktu bersama ku” secara tidak langsung, Myung Soo mengundang Jieun untuk jalan-jalan bersama. Myung Soo cepat-cepat menarik lengan Jieun dan membawa nya keluar flat.
“Myung Soo! Kau bawa kakak ku kemana!?” teriak Jihoo dari jauh.
“aku ingin membawa nya sebentar!”
“jangan apa-apa kan kakak ku! Kau akan bermasalah dengan ku!” teriak Jihoo lagi.
Ibu menenangkan Jihoo, di tepuk pelan punggung anak laki nya itu. “mungkin mereka ingin meluruskan apa yang telah terjadi, jangan khawatir”
Jihoo hanya menatap punggung kakak nya bersama pria yang bernama Myung Soo itu dengan sendu.
“kak.. aku hanya ingin kau tidak tersakiti lagi” batin Jihoo.


-Red Color-

“hentikan!” teriak Jieun.
Myung Soo menghentikan langkah nya, melepaskan tangan nya dari lengan Jieun. Mengatur nafas nya.
“mengapa kau membawa ku kesini?” tanya Jieun. Kini, mereka berdua telah berada di taman pusat kota. Cukup jauh dari flat keluarga Jieun. Taman ini sangat ramai di penuhi lautan manusia, yang antusias untuk menyambut tahun baru.
“aku ingin bertanya padamu!”
“apa? Aku tidak banyak waktu!”
“… mengapa kau menjauhi ku?”
“…..”
“jawab lah”
“ada banyak alasan”
“aku mohon penjelasan dari mu”
“…..”
“Lee Ji Eun! Ku mohon!” Myung Soo memegang kedua pundak Jieun. Memaksa nya agar cepat menjawab.
“tidak ada salah nya untuk menyukai seseorang. Kau tidak tahu, dirimu menyukai nya atau tidak. Karena hatilah yang akan menjawab. Jika kau menyukai nya, jangan sia-sia kan waktu mu untuk belajar tentang dirinya. Tapi.. tadi kau bilang, kau ada masalah?” sekilas kalimat yang baru saja Ibu katakan terlintas di fikiran Jieun.
“karena.. aku menyukai mu”

DEG!

“k.. kau me.. menyukai ku?”
Jieun berusaha menahan gumpalan-gumpalan air yang berhujung di pelupuk mata nya, “…. Dulu”
“lalu, sekarang?”
“………..”
“jawab Jieun!”
“aku tidak tahu!”
“aku tidak ingin jawaban itu!”
“selain perasaan itu, aku juga sangat membenci mu!” Air mata Jieun tidak dapat di tampung lagi, ia sudah tidak tahan untuk menangis.


DEG!

Kembali, jantung Myung Soo terasa terhenti. Ia terdiam.
Tangan Myung Soo melemas, tangan nya sudah tidak lagi berada di pundak Jieun. Ia menatap nanar wajah Jieun. “me.. mengapa kau menyukai ku? dan.. dan.. mengapa juga kau membenci ku?”
“aku tidak punya alasan yang tepat untuk mendekspresikan perasaan itu”
“…………”
“maka dari itu, aku menjauhi mu. Agar kedua perasaan ini tidak tumbuh semakin dalam”
“.. jangan”
“ja.. jangan? Apa maksud mu?”
“jangan jauhi aku!” teriak Myung Soo, air mata nya juga mengalir. Ia juga menangis.
“………..” Jieun tidak menjawab, ia masih terkejut karena seorang Myung Soo menangis di hadapannya.
“sekarang, aku sangat kesepian. Aku butuh dirimu”
“.. tidak bisa”
“kau masih ingat janji kita saat di bus waktu itu, ketika kau sangat marah padaku. Dan, aku berusaha untuk meminta maaf padamu. Aku meminta mu untuk mempercayai ku.. dua kali. Kali ini, aku ingin kau mempercayai ku! Percaya padaku!”
“percaya padamu? Untuk segi apa?”
“aku sadar, jika selama ini aku mengacuhkan mu. Aku lebih fokus terhadap penggemar-penggemar ku. Jadi.. ku mohon percaya lah padaku bahwa aku akan memperhatikan mu lebih! Dan tidak akan membuat mu sedih! Ku mohon! Aku mohon kembalilah menjadi assisten ku!”
“…..”
“bukankah kita sudah janji?”
“… baiklah. Tapi, aku tidak akan menjadi assisten mu lagi”
“meng.. baiklah! Terima kasih telah mempercayai ku!” senyuman bahagia terukir di wajah tampan Myung Soo.
“sekarang kau hanya memiliki satu kesempatan saja” sahut Jieun.
“aku yakin.. perasaan ini pasti akan tumbuh semakin dalam” batin Jieun.

-Red Color-

4 Januari 2013

“Ibu! Ayah! Kami berangkat dulu!” Jieun dan Jihoo memasang kedua sepatu nya.
“hati-hati! Di Gunung pasti sudah banyak orang, jangan terlalu sore pulang nya! Sekarang masih musim dingin!” teriak Ibu dari dapur.
“baiklah, kami berangkat bu!” teriak Jihoo sekali lagi. Ia membuka pintu, mempersilahkan kakak perempuan nya untuk keluar terlebih dahulu. Kemudian, dirinya yang keluar dari flat kecil itu.
“ah aku lupa membawa makanan nya!” Jihoo menepuk jidat nya, lalu kembali masuk ke dalam flat.
“Jihoo! Kutunggu di bawah ya!” teriak Jieun dari luar. Gadis ini turun ke bawah, menunggu adik nya di pinggir jalan. Ia kembali teringat kejadian tadi malam.
            Tidak lama, Jihoo telah berada di samping Jieun. Mereka berdua berencana untuk mengisi waktu libur mereka untuk mendaki gunung. Ayah dan Ibu tidak bisa, karena kondisi badan mereka kurang fit. Dan lebih memilih mengisi hari liburan untuk beristirahat.
            Kurang lebih dua jam, mereka berdua telah sampai di kaki gunung. Mereka berdua mendaki gunung yang jalan nya telah disediakan (agar tidak terlalu lelah).
“waktu itu.. apa yang Myung Soo lakukan? Kau baru pulang pukul 1 pagi. Aku sudah tertidur, aku lelah menunggu mu. Ponsel juga tidak kau bawa, kami sangat khawatir!” Jihoo membuka topik bicara dengan sedikit panas. Jieun tersenyum melihat perhatian adik nya terhadap nya begitu besar.
“terima kasih Lee Ji Hoo. Dia hanya mengatakan sesuatu padaku”
“apa yang dikatakan nya?”
“ia menyuruh ku untuk percaya padanya lagi”
“apa jawaban mu?”
“ya”
“mengapa kau jawab ya? Padahal, dia adalah pria brengsek!” Jihoo telah mengetahui kejadian disaat Jieun akan memberikan surprise pada Myung Soo pada saat pria itu ulang tahun.
“karena sebelum nya aku pernah berjanji padanya”
“jan.. ji? Janji apa?”
“suatu saat nanti untuk mempercayai nya, kesempatan itu hanya berlaku dua kali. Dan kesempatan nya sekarang tinggal satu”
“apa kau yakin dengan jawaban mu itu?”
“tidak”
“lalu, mengapa kau menjawab ya?”
“karena kau telah berjanji padanya”
Jihoo menggenggam tangan mungil Jieun, “aku takut jika kakak tersakiti oleh nya”
“aku tidak akan selemah itu, kan ada kau Lee Ji Hoo” Jieun tersenyum menatap adik nya. Mengeratkan genggaman tangan nya.
“kak! Apa kau ingin lomba lari? Siapa yang menuju ke atas dengan cepat, ia yang menjadi pemenang nya”
“yang kalah bagaimana?”
“akan membelikan makanan dan minuman yang diinginkan pemenang!” jawab Jihoo semangat.
“….. hmm baiklah”
Dilepasnya tangan Jihoo dari tangan Jieun, “siap?”
“hm!”
“1.. 2.. 3”

            Kedua nya berlari menuju puncak.

-Red Color-

Red Color..
Warna Merah itu sudah ku dapatkan dari keluarga ku.
Cinta mereka sangat besar untuk ku.
Ayah, Ibu dan juga Jihoo.
Kanvas ku mulai diciprati oleh warna merah ceria.
Merah kasih sayang dari keluarga.

Tapi..
Aku, masih membutuhkan warna merah.
Warna merah dari cinta seseorang.
Dari pria yang akan menjadi pasangan ku kelak.
Aku tidak sabar menunggu warna itu datang.

-Red Color-

            Jieun berhasil mencapai puncak terlebih dahulu. Dan akhirnya, Jihoo pun yang akan membelikan makanan dan minuman yang Jieun inginkan disaat mereka kembali ke bawah. Cukup lama waktu yang mereka habiskan di puncak sana. Beberapa foto berhasil dibuat mereka menggunakan ponsel yang sudah tidak zaman. Dan akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali turun sekitar pukul satu lebih lima belas menit.
Setibanya dibawah, Jieun langsung me-request permintaan makanan dan minuman nya. Tidak cukup sulit, Jieun hanya ingin dua potong roti cokelat dan dua kopi hangat manis. Jihoo langsung saja melaksanakan hukuman nya.
“haha Jihoo sangat bersemangat” tawa Jieun ketika melihat punggung adik nya menjauhi dirinya.

10 minutes later..

“sungyeol! Jangan lari! Tunggu aku!”
“hahaha sungjae kau kan seperti siput! Luhan! Tinggali sungjae!”
“hahaha tidak akan, dia tidak akan berani pulang sendiri”
“tunggu aku senior!”
“hahaha kemarilah!”
“Myung Soo! Apa yang kau lakukan disana?” tanya Sungyeol.
“Jieun?” mata Myung Soo membulat, ia mendekatkan jarak nya pada gadis yang tengah menunggu kehadiran Jihoo.
“hey.. hey! Kau mau kemana? Kita akan segera pulang!” Sungyeol tampak kewalahan melihat tingkah Myung Soo.
“Luhan.. tunggu! Myung Soo pergi” teriak Sungyeol. Luhan mencari sosok Myung Soo.

DEG!

“Jieun?” Luhan berlari menuju tempat Jieun berada dan meninggalkan Sungyeol dan Sungjae yang baru turun dari gunung.
“mengapa mereka mengucapkan hal yang sama?” tanya Sungyeol heran.
            Myung Soo memegang pundak Jieun dari belakang. Ia mengejutkan gadis itu.
“.. k.. kau?”
“apa yang kau lakukan disini Jieun?”
“ah.. mengambil waktu libur”
“dengan siapa?”
“Jihoo”
“Jieun!”

DEG!

“Luhan senior?” wajah gugup Jieun berubah menjadi berseri. Luhan mendekati nya.
“kau disini bersama Myung Soo?” tanya Jieun. Ia menatap kedua pria itu saling menatap tajam. Tahu akan arti tatapan tersebut, Jieun mengalihkan topik.
“wahhh udara disini sangat segar, beda sekali dengan di kota” ujar Jieun, ia menghirup udara segar.
“benar” jawab kedua pria itu bersamaan.
“Jieun.. apa kau dan dia” Luhan menatap Myung Soo.
“kami sudah berbaikan”
“m.. maksud mu?”
“karena sebelum nya aku telah berjanji” wajah Jieun kembali lesu. Ia takut jika perasaan suka nya itu akan jatuh lebih dalam.
Tampak, wajah Luhan sangat kecewa. Ia memutuskan untuk terdiam. Suasana saat itu menjadi sangat mencanggungkan.
Akhirnya, tidak lama. Jihoo datang sambil membawa pesanan Jieun. Ia menatap kedua pria yang membuat kakak perempuannya ini bingung. Salah satu nya membuat gadisi itu sakit hati sekaligus membuat gadis itu menyukai nya, dan satu nya membuat dirinya merasa aman dan nyaman. Jihoo menarik Jieun untuk segera pergi dari tempat itu. Jihoo tidak ingin membuat kakak nya sakit hati. Lebih baik, ia membawa gadis itu pulang.

“apa kau ingin mempermainkan Jieun? Dengan menyuruh nya percaya padamu lagi?” Luhan menatap benci pemilik mata yang juga menatap nya dengan penuh arti.
“tidak.. aku hanya membutuhkan nya. Dia.. telah mewarnai hidup ku”
“omong kosong! Kau telah menyakiti nya!”
“me.. menyakiti nya?”
“jangan pura-pura tidak tahu! Dia memberi mu surprise ketika ulang tahun mu desember lalu! Tapi kau malah mencampahkan dan mempermalukan nya di hadapan teman-teman. Bahkan ia sakit hati ketika kau mengacuhkan nya sebagai assisten mu! Apa kau tidak sadar jika kau telah banyak berbuat salah padanya?”
“… aku juga tahu itu”
“lalu mengapa hal itu terus kau lakukan?”
“aku tidak tahu” batin Myung Soo.
Hening.
“.. Kim Myung Soo. Awas jika kau menyakiti Lee Ji Eun lagi” ujar Luhan penuh amarah.
“tidak akan!”
“jaga bicara mu Myung Soo, kau harus menepati janji mu!”
“baiklah!”
“jika kau membuat Jieun terluka, kau akan berhadapan dengan ku”
“begitu juga dengan mu!”
“…..”
“kau sendiri.. jangan pernah membuat Jieun ku terluka”
“dia bukan milik mu!”
“baiklah, jangan pernah membuat Jieun terluka”
“tentu”

-Red Color-

28 Januari 2013

Dret..

Dret...

Dret….

“kak, ponsel mu berbunyi. Ada panggilan masuk” Jihoo menyenggol siku Jieun dan berbisik pelan. Jieun menghentikan aktivitas nya, ia permisi keluar untuk menjawab panggilan masuk.
“halo?” sapa Jieun pada no yang tidak dikenal.
“hh.. hh.. apa benar ini Lee Ji Eun?”
“benar, maaf ini siapa?”
“a.. aku sudahlah itu tidak penting! Sekarang cepat ke rumah sakit dekat kantor polisi di tengah kota, aku lupa namanya! Xi Luhan dibawa kerumah sakit!”

DEG!

“.. Lu.. Luhan senior?”
“aku tidak bisa menjelaskan nya..”
“Luhan senior?”
“sudahlah! Cepat kemari!”
“……….”
“Ah baiklah, ku beri tahu nama ku. Aku Sungyeol, salah satu anggota club sepak bola. Aku menunggu mu di rumah sakit. Kejadian ini sangat berhubungan dengan mu Jieun!”
“….. be.. benarkah? Apa Luhan senior baik-baik saja?”
“aku tidak tahu, tapi luka di wajah nya lumayan. Sepertinya ia berkelahi dengan Kim Myung Soo”

DEG!

-Red Color To Be Continue..-

Note    :
Gimana untuk bagian ketiga nya?
Bagus gak? Gak -_-
Ya comment aja deh.
Eh iya, Selamat Hari Raya Idul Adha ya ^^
Dan..















Aku ikut turut berduka cita atas meninggal nya Kambing dan Sapi yang akan dijadikan Qurban. Semoga nyawa nya bisa diterima di sisi Allah SWT dan menjadikan diri kita (yang berqurban) lebih baik, dan dapat berbagi terhadap sesama :) amin..

2 komentar:

  1. wah.. beneran bagus. suka banget myungU moment nya
    ditunggu next chapternya ya, keep writing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahh makasih banget, padahal banyak penulisan yang salah. Makasih kamu udah nunggu aku :) makasih banget~

      Hapus

isi nama kalian ya :) komen apapun juga, kritik juga gak apa kok :D