Minggu, 03 November 2013

Red Color 4



BRAK!

            Jihoo menatap kakak perempuan nya itu dengan perasaan terkejut. Setelah Jieun mengangkat telefon, gadis itu langsung pergi dari acara sosialisasi yang diadakan Club Basket Sekolah Jihoo.

“kak!” panggil Jihoo, ia keluar sebentar untuk melihat kakak nya. Gadis itu tampak terburu-buru, di lihat sepatu yang digunakan Jieun.
“ck.. kau menggunakan sebelah sepatu ku” gumam Jihoo.
“hey kak! Kau mau pergi kemana?” teriak nya lagi.
Gadis itu berhenti, menoleh ke arah sumber suara, terlihat guratan panik di wajah nya, “aku pergi ke rumah sakit! Luhan… Luhan disana!” air mata nya jatuh, ia tidak sanggup menahan nya.
Untung nya, Jihoo tidak melihat air mata itu.
“lanjutkan saja acara nya, nanti aku akan menyusul!” teriak Jieun, lalu ia kembali berlari menuju rumah sakit yang baru di katakan Sungyeol melalui telefon genggam nya.
“baiklah! Aku akan kesana nanti! Hubungi aku kak jika sudah sampai!”
Jieun menganggukan kepala nya, walau iya yakin adik nya itu tidak akan melihat reaksi nya saat ini.

-Red Color-

            Nafas Jieun tidak teratur, perasaan nya kali ini bercampur aduk. Sedih, panik, lelah, bingung, akhh sangat banyak perasaan yang ia rasakan saat ini. Pria jangkung terlihat mendekati Jieun.

“kau.. Lee Ji Eun?” tanya pria jangkung itu, berusaha meyakinkan.
Jieun mengangguk.
“ahh perkenalkan aku Lee Sung Yeol” Sungyeol mengulurkan tangan nya.
“dimana Luhan senior?” bukan nya membalas uluran tangan Sungyeol, Jieun berjalan mencari dimana keberadaan Luhan.
Sedikit nafas yang dihembuskan Sungyeol menandakan ia kecewa, ia kembali meletakkan tangan nya di saku jaket nya, “ia di rawat di sana” Telunjuk nya menunjukkan sebuah ruangan.
Gadis kecil itu langsung berjalan cepat menuju tempat yang di tunjuk Sungyeol. Mau tidak mau, Sungyeol pun ikut berjalan di belakang nya.
“dimana Luhan senior?”
“itu.. disana”
“……….”
“dia belum sadar”
“… Luhan Senior, bangunlah” butiran-butiran air mata Jieun meleleh, mengenai wajah nya dan juga tangan Luhan yang di genggam nya.
Sungyeol yang tidak dapat mengatakan apa-apa, hanya bisa terdiam sambil menatap kedua mahluk yang berada di hadapannya.
“Sungyeol-ssi, apa yang terjadi pada Luhan senior?” Jieun berusaha menormalkan suaranya, di hapus air mata nya yang masih terlihat basah.
“… hm.. Luhan dan Myung Soo berkelahi”
“b.. berkelahi?”
“aku juga tidak tahu pasti kejadian yang sebenarnya”
“l.. lalu bagaimana kau menemukan Luhan?”
“ia menelfon ku, aku mendengar kebisingan disana. Seperti nya mereka berkelahi di tempat umum. Luhan memintai pertolongan ku, ia menyuruh ku kesana, dan memberi info untuk.. Lee Ji Eun”
“in.. fo?”
“ya, tapi sampai saat ini aku tidak tahu apa info itu. Karena saat aku disana, Luhan sudah tergeletak tidak berdaya. Dan ku lihat disana sangat sepi, hanya.. kalung ini saja yang ku temukan. Dan aku yakin, ini adalah milik Myung Soo” Sungyeol tampak mencari-cari kalung yang berada di kantung celana nya, lalu menunjukkan nya pada Jieun.
Jieun menatap lekat kalung itu. Ya. Kalung itu adalah milik Kim Myung Soo, “benar, ini adalah milik Myung Soo”
“sampai saat ini, aku masih sangat terkejut. Ternyata, Myung Soo memiliki sisi lain. Berani-berani nya ia berkelahi dengan Kapten kita” Sungyeol menerawang jauh, ia masih heran dengan sikap Myung Soo.
“.. Kau.. Lee Ji Eun?”
Jieun menoleh, Luhan sadar! Dengan cepat, Jieun menggenggam tangan Luhan, Jieun menumpahkan rasa khawatir nya. Ia menangis lagi.
“hey.. jangan menangis, aku baik-baik saja”
“a.. aku juga tidak tahu mengapa air mata ini susah sekali berhenti”
“hahaha, sudahlah jangan menangis lagi. Aku baik-baik saja” Senyuman Luhan merekah, ia akan baik-baik saja jika Jieun berada di samping nya. Cukup tersenyum untuk dirinya, Luhan sudah cukup puas.
“Sungyeol.. terima kasih” Luhan menatap anggota bola nya itu, lalu tersenyum.
“hm.. ahh, lebih baik aku pergi memberi tahu kedua orang tua mu, sambil membeli beberapa makanan” Sungyeol, pria jangkung itu pergi. Kali ini, hanya ada Luhan dan Jieun.
Baru sadar, Jieun melepaskan tangan nya dari jemari Luhan. Dengan cepat, Luhan mengambil tangan kecil itu, lalu menggenggam nya.
“jika seperti ini, aku akan baik-baik saja” ujar Luhan sambil tertawa. Awal nya, Jieun sedikit salah tingkah, ia tidak tahu apa yang harus di lakukan. Tapi.. setelah melihat senyuman yang di rindukan nya itu. Akhirnya, ia dapat bersikap santai, seperti biasanya.
“aku akan memberi kesehatan ku untuk mu melalui ini” Jieun menunjukkan tangan nya. Di hapus kembali air mata yang sudah mengering.
“Luhan senior? Apa benar.. kau berkelahi dengan Kim Myung Soo?”
“……. Hm”
“karena apa?”
“tidak.. tidak apa-apa”
“benarkah?”
“ya”
“aku tidak percaya!”
“baiklah kalau tidak percaya”
“hey.. beri tahu aku”
“tidak ada apa-apa”


SRET!


           Tirai pembatas tempat tidur yang di gunakan Luhan terbuka.

“apa kau Xi Luhan?”
Luhan membelalakan kedua matanya, gadis itu..
“ah, apa ini kekasih mu?” tanya gadis berwajah kecil itu. Sangat imut. Ia menatap Jieun.
“kami hanya bert..”
“ya, ini kekasih ku” baru saja Jieun akan menjawab, tetapi dengan cepat Luhan memotong nya. Ia menggenggam erat tangan Jieun. Jieun terlihat terkejut. Hey.. mengapa kau berbohong Luhan senior?
“tunangan ku sudah membayar administrasi mu, jadi jangan khawatir. Sebaiknya, lupakan kejadian tadi” kata gadis itu, ia menekankan kata TUNANGAN.
“aku tidak akan mudah melupakan kejadian tadi”
“hah.. sudahlah, daripada masalah ini berlarut-larut. Aku akan memberi mu uang, dan langsung lupakan kejadian tadi. Jangan sampai hal tadi bocor ke luar”
“tidak perlu!”
“benar, itu tidak akan menyelesaikan masalah apapun!” sahut Jieun. Ia paling benci dengan orang yang memudahkan masalah hanya dengan uang yang dimiliki nya.
“diam lah!” ujar gadis imut itu pada Jieun.
“jangan pernah menyelesaikan masalah apapun dengan uang” Jieun menatap tajam gadis itu.
“sekarang pergilah” lanjut Jieun.
“pergi bersama TUNANGAN mu itu!” sahut Luhan.

Mulut gadis itu seakan terkunci, ingin marah. Tapi, ia tidak tahu apa yang harus di katakan nya lagi, lebih baik ia pergi dari ruangan itu, sebelum ia membuat kegaduhan.

“lupakan dia” Luhan menatap manik mata Jieun.
“hm”
Hening.
“jika kau ingin tahu kejadian tadi.. besok, ikut bersama ku pergi ke taman hiburan”
“hey! Luhan senior, kau jangan bercanda. Kau masih sakit”
“tidak.. aku akan sehat, jika kau yang ada di sisi ku”
“……….. buahahahahahaha sejak kapan kau seserius ini senior?”
“sejak.. ahh sudahlah lupakan”
“hey, tadi mengapa kau bilang jika aku ini kekasih mu?”
“hanya ingin”
“jangan-jangan… kau menyukai ku?”
tidak.. tidak salah lagi
“hahaha sudahlah, sebentar lagi kau akan lulus dan akan mengikuti ujian sebaiknya kau fokus pada pelajaran”
“ya”
Hening.
“Luhan senior?”
“ya?”
“apa benar besok kau mengajak ku ke taman hiburan?”
“ya.. jika kau ingin tahu kejadian yang baru tadi terjadi”
“.. hm, pukul berapa?”
Luhan tersenyum lebar, ia berhasil mengajak Jieun kencan! Dengan semangat, Luhan menjawab, “pukul 10 pagi, aku menunggu mu di sekolah”
“b.. baiklah”

            Luhan berusaha duduk, ia dibantu oleh Jieun. Menunggu Sungyeol yang sedang membelikan beberapa makanan. Mengobrol hangat. Padahal, banyak pertanyaan yang ingin disampaikan Jieun tetapi pertanyaan itu hanya mampu tersimpan di otak nya. Lebih baik ia tidak bertanya hal yang tidak-tidak pada Luhan, takut membuat luka nya semakin sakit mengingat kejadian tadi yang belum ia ketahui. Info? Ia sangat ingin mengetahui info itu, tapi.. ia perlu bersabar sedikit menunggu hari esok.

            Luhan tertawa, melihat sepatu yang dikenakan Jieun. Jieun memberi alasan.

“karena aku khawatir padamu!”
“ah… jangan-jangan kau yang menyukai ku?”
a.. aku tidak tahu
“hahahaha tentu saja tidak, kau masih bocah! Tidak baik untuk jatuh cinta” kata Luhan sambil mengacak rambut Jieun yang sudah berantakan.

-Red Color-

            Kedua sepatu yang berbeda itu diletakkan Jieun pada rak sepatu yang terletak tepat di depan pintu masuk flat.

“kak, maaf aku tidak dapat menjenguk Luhan hyung” Jihoo keluar dari kamar nya setelah mendengar hembusan keras yang khas dari Jieun. Ia yakin, pasti kakak nya baru saja pulang.
“bagaimana keadaan Luhan?” tanya Ibu dari dapur.
“ah.. ibu juga tahu?” tanya Jieun.
“tadi aku yang memberitahu nya” jawab Jihoo.
“ah~ Luhan Senior hanya terluka ringan. Nanti malam, ia akan kembali pulang”
“jadi, tidak di rawat inap?”
“tidak bu”
“ibu-ibu! Tadi kakak pergi ke rumah sakit menggunakan sepatu yang berbeda! Ia sangat mengkhawatirkan Luhan hyung makanya ia tidak melihat apa yang digunakan nya! Jieun noona menyukai nya!” ujar Jihoo usil, ia tersenyum geli. Berhasil menjahili kakak nya.
“hhh… jangan dengarkan Jihoo bu” Jieun memukul pelan kepala Jihoo saat ia hendak pergi ke kamar untuk menaruh tas ransel nya.
“hahaha tidak ada salah nya menyukai seseorang, ibu tidak melarang mu dengan siapa pun. Asal kan, laki-laki itu tidak menyakiti mu”
“Kim Myung Soo menyakiti kakak! Kak, ku mohon jangan menyukai orang seperti dia” ucap Jihoo datar. Mendengar perkataan ibu, ia mengingat kejadian yang waktu itu sempat Jieun ceritakan padanya, tentang pencampahan Myung Soo dihadapan kakak perempuan satu-satu nya itu, dan hal itu membuat dirinya tidak menyukai pria bernama Kim Myung Soo.
Ibu menatap Jihoo dengan penuh arti, Jihoo hanya menampakkan wajah kesal mengingat wajah Myung Soo yang benar-benar ia benci. Sedangkan Jieun.. ia hanya terdiam. Ingin memahami perasaan nya terhadap pria itu, apa aku semakin membenci nya? atau.. semakin menyukai nya?
“.. sudahlah, lupakan saja. Jieun cepat bersihkan badan mu, Jihoo.. bantu ibu menyajikan makan malam, ayah mu sebentar lagi datang” seakan tahu kondisi, ibu berhasil membuat kedua anak nya itu lupa sejenak dengan topik yang baru saja dibahas.
“ya” jawab Jihoo dan Jieun bersamaan.

-Red Color-

“uaaahhmmmm…..”
“kak, ingat kau itu perempuan. Menguap jangan begitu keras” kata Jihoo dengan keadaan kurang sadar. Ia masih memejamkan kedua matanya.

Jieun terbangun, sudah berapa kali ia menguap. Pukul 4 pagi. Pagi-pagi sekali ia bangun hanya untuk membantu ibu nya membersihkan rumah dan memasak. Hari ini, sekolah masih libur. Membuat Jieun sedikit bermalas-malasan. Begitu juga dengan Jihoo, ia bangun pukul 6 pagi, sedangkan matahari sudah muncul di permukaan bumi.

“kak, hari ini kau ada acara?” tanya Jihoo yang baru keluar dari kamar mandi, kali ini ia benar-benar sadar. Ia sudah mencuci wajah nya dan menggosok gigi. Jihoo duduk disamping kakak nya yang asyik menunggu kartun yang disukai nya ‘Larva’.
Jieun terdiam, seraya berfikir.. hm.. “ahh ada!” ia baru ingat bahwa ia memiliki janji dengan Luhan Senior. Padahal, hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu nya. Hari yang dapat menjawab seluruh unek-unek yang kemarin di simpan nya dalam fikiran.
“dengan siapa?”
“Luhan Senior”
“ahh… Luhan hyung mengajak mu berkencan?”
Jieun tersipu malu, wajah nya ditutupi oleh kaki yang ditekuk nya, “bukan seperti yang kau fikirkan! Dia mengajak ku untuk menjelaskan apa yang telah terjadi kemarin”
Jihoo tampak terkejut, tidak percaya, “jadi.. kemarin ia tidak memberi tahu mu tentang kejadian itu?”
Jieun menggeleng.
“seperti ada yang ditutupi”
“entahlah.. tapi kurasa, kejadian itu sangat berkaitan erat dengan ku”
Jihoo menatap nanar kakak perempuan nya, “jangan seperti itu”
“aku takut, jika aku penyebab utama kejadian itu” tatapan Jieun semakin layu, ia takut.
Jihoo terdiam sejenak, tidak tega melihat kakak perempuan nya seperti ini, “…… ya karena kau cantik”
Mata Jieun melebar, ia benar-benar terkejut mendengar pernyataan Jihoo. Ini baru pertama kali nya, Jihoo mengatai nya ‘Cantik’, “hey.. apa aku tidak salah dengar?”
“ha? Salah dengar? Tadi.. aku mengatakan hal apa ya?” tanya Jihoo berpura-pura lupa.
“hey! Lee Ji Hoo! Cepat katakan lagi!”
“tidak!”
“kau baru pertama kali mengucapkan hal itu padaku!”
“aku tidak ingin mengatakan nya lagi!”
“hey…!”
“kau jelek!”
“Jihoo~ kau yang jelek!”
“tidak, kakak ku yang lebih jelek!”
“tidak! Lee Ji Hoo yang paling jelek!”
“kau sangat jelek!”
Tawa dari mereka akhirnya meledak. Jihoo akhirnya dapat membuat Jieun tersenyum.. melupakan kejadian itu.

-Red Color-


“Luhan Senior.. maaf menunggu” ujar Jieun, ia menghela nafas nya. Berusaha mengatur nafas setelah berlari.
Luhan tersenyum sambil mengacak rambut Jieun, “tidak apa-apa”
Jieun mengerucutkan bibir nya, “kau selalu mengatakan hal itu padaku, padahal.. aku yakin kau sudah kelelahan menunggu ku”
“hahaha tidak, aku tidak berbohong. Aku juga baru sampai”
“baru sampai 1 jam yang lalu kan?”
Luhan tertawa, “hahaha sudahlah, tidak perlu dibahas”
“ah iya, bagaimana dengan keadaan mu? apa yakin kau tidak akan kelelahan? Ini.. taman hiburan, sedangkan kondisi mu masih..”
“hey berhentilah mengkhawatirkan ku secara berlebihan, sudah ku katakan, aku akan baik-baik saja jika Lee Ji Eun berada di samping ku, dan tersenyum padaku” mata Luhan seakan bercahaya, menatap lekat manik bola mata Jieun yang tampak polos. Luhan sangat menyukai nya.
Jieun tersenyum, setelah beberapa detik ia terdiam.
“baiklah, aku akan terus berada di sisi mu selama kita berada di taman hiburan ini!” teriak Jieun.
me.. mengapa hanya di taman hiburan ini?
Luhan tersenyum, “baiklah. Ayo masuk, aku akan membelikan mu tiket. Setelah itu kita akan mengunjungi wahana-wahana, dan.. menjelaskan kejadian itu”
Jieun mengangguk.

            Sudah berapa wahana di lalui Luhan dan Jieun. Tampak nya, Luhan belum siap mengatakan ‘kejadian’ itu pada Jieun, ia takut jika gadis itu akan sedih. Jieun yang awal nya sangat penasaran, hanya bisa terdiam. Ia tidak pantas untuk menyogok Luhan untuk menjelaskan ‘kejadian’ itu, ia hanya merasa tidak enak. Mungkin, sekarang bukan waktu yang tepat.

            Jarum jam telah menunjukkan angka 12 lebih. Menandakan, waktu makan siang. Tidak terasa, 2 jam lebih di habiskan Luhan dan Jieun untuk bermain bersama. Menikmati permainan tersebut. Mengingat pengalaman seru saat mereka kecil.

“Jieun, apa kau lapar?” tanya Luhan, ketika ia dan Jieun keluar dari wahana roller coster.
Jieun terdiam, tangan nya berusaha memegang tiang kecil yang berada di samping kanan nya.
“hey, apa kau pusing?”
Jieun menggeleng.
“mual?”
Jieun mengangguk.
Luhan tertawa, “hahahaha kau ini lucu sekali, tadi kau sudah berjanji. Kau tidak akan pusing ataupun mual, bahkan kau berjanji kau tidak akan muntah!”
“hey.. itu benar, aku tidak mual, pusing maupun muntah di saat usia ku 10 tahun!”
“Jieun.. sekarang usia mu berapa?”
“hm… 16 tahun”
“enam tahun sudah berlalu, tentu saja hal itu akan berbeda”
“ahh benar juga ya, ku kira aku tidak akan mual.. Ah tapi kurasa tidak, jalur roller coster nya itu saja yang berubah!”
Luhan hanya bisa tertawa, “sudahlah, kau yang benar. Kali ini kita pergi membeli minuman hangat ya, agar mual mu hilang”
Jieun hanya mengangguk.
“apa kau bisa berjalan dengan baik?”
“tentu!” jawab Jieun semangat, ia melepas tangan nya di tiang kecil. Berusaha mengimbangi otak dan mata nya, sebelum nya mata dan otak nya terasa berputar. Baru saja ia melangkah kan kaki nya, ia merasa banyak burung berkicau berada tepat di atas kepala nya. Ia kembali pusing, roller coster itu yang membuat Jieun seperti ini.
Luhan menoleh kebelakang, mendapati Jieun yang tidak ada di samping nya, “hey.. Jieun!” pria itu kembali ke posisi Jieun berada.
“kau tidak apa-apa?”
“hanya pusing sedikit, aku tidak apa-apa haha” Jieun memegang kepala nya, ia sedikit bohong. Padahal ia merasa ada tonjokan-tonjokan keras yang menghantam isi kepala nya.
“pegang lengan ku, lebih baik kita mencari tempat duduk dulu” Luhan mengambil tangan kecil Jieun, lalu dilingkarkan di lengan nya. Dan, kembali berjalan. Kini ia tidak sendiri, ia jalan bersama Jieun yang melekat di samping nya.
“maaf merepotkan mu Senior”
“tidak apa-apa, tapi seharusnya.. kau mengatakan hal yang tidak kau sukai, jika kau mengatakan nya aku tidak akan memaksa mu untuk menaiki wahana tadi”
“ahh.. awal nya aku memang ingin menaiki wahana itu”
Luhan kembali mengacak rambut Jieun, “kau benar-benar lucu”

            Disaat mereka berdua sibuk mencari tempat duduk yang nyaman. Jieun memberanikan diri untuk bertanya tentang ‘kejadian’ itu.

“Luhan senior, bisakah kau jelaskan tentang kejadian itu?” Jieun tidak menatap lawan bicara nya itu, ia takut. Ia hanya fokus pada jalan yang di lalui nya.
Luhan terdiam, tampak berfikir dan akhirnya ia menjawab, “.. hm”
Jieun tersenyum, ia menoleh ke arah pria yang di gandeng nya, “bisakah kau ceritakan itu sekarang?”
“jadi.. saat itu, aku akan berlatih bola untuk turnamen. Aku akan berlatih di sekolah, dan saat itu aku bertemu.. Myung Soo di pinggir jalan dekat sekolah bersama..”

Jieun yang mendengarkan kejadian itu dengan serius tiba-tiba terdiam, ketika Luhan tiba-tiba memotong penjelasannya. Ia menatap ke arah Luhan.

“apa yang kau lihat Senior? Myung Soo pergi bersama siapa? Kenapa berhenti?”
Luhan terdiam.
Penasaran, Jieun mengikuti penglihatan nya ke arah objek yang di lihat Luhan.

DEG!

“Kim Myung Soo bersama.. gadis itu?” wajah Jieun datar, entah bagaimana ia harus berekspresi.
“ia bersama.. tunangan nya” lanjut Luhan. Saat itu juga, terlihat bahwa gadis imut yang mengaitkan sebelah tangan nya di lengan Myung Soo mengecup pipi Myung Soo dengan mesra.

DEG!

“Myung Soo dan tunangan nya?” gumam Jieun lemas, suara nya tidak terdengar.
Luhan menurunkan tangan Jieun yang berada di lengan nya, pria ini dengan cepat menggenggam tangan Jieun dengan erat, berusaha membuat gadis ini kuat, “jangan lihat mereka!”

Myung Soo bersama gadis imut itu tampak mendekat, entah marah atau sedih, Jieun juga menggenggam kuat tangan Luhan, ditahan nya air mata yang sudah melekat di ujung mata nya.

“ah apa dia Lee Ji Eun, apa aku tidak salah lihat?”
“siapa oppa?”
“Lee Ji Eun!” teriak Myung Soo dari kejauhan 1 meter dari jarak Jieun dan Luhan berada.

SRET!

            Jieun membalikkan badan nya, menghadap ke arah dada bidang milik Luhan. Ditarik nya kemeja biru yang dikenakan Luhan, memejamkan matanya. Lalu.. mengecup bibir Luhan dengan lembut.

1.

2.

3.

4.

5.

SRET!

            Jieun melepaskan ciuman pertama nya itu, air mata nya masih turun deras. Luhan tampak terdiam, ingin berteriak senang, tapi ia rasa ini bukan saat yang tepat. Saat itu juga, Myung Soo menghentikan langkah nya. Ia dan gadis di samping nya itu melihat dengan seksama kejadian yang berlangsung selama 5 detik itu.

            Posisi Jieun masih menghadap ke arah dada bidang Luhan.

Dengan wajah masam, Myung Soo menarik paksa lengan gadis imut yang setia berada di sisi nya. Ia melewati Luhan dan Jieun. Melirik kedua orang itu pun tidak, wajah nya benar-benar seram.

“Luhan Senior.. maaf.. maaf.. maaf aku.. Luhan Senior maaf aku sudah bertindak sejauh ini padamu!” tangisan Jieun semakin keras, ia tidak tahu apa yang tadi di lakukan nya. Dengan kata lain, ia tidak sadar bahwa tadi ia mencium pria yang berada di hadapannya.
Luhan terdiam, membiarkan Jieun menangis karena Myung Soo.
“a.. apa ini yang membuat kalian berkelahi?”
“hm”
“apa semua nya karena ku?”
“tidak! Itu semua karena Myung Soo!”
“…”
“ia melanggar janji. Ia sudah berjanji padaku, bahwa ia tidak akan menyakiti mu lagi. Tapi, ia melanggar janji itu, aku melihat dengan jelas bahwa Myung Soo asyik bermesraan di pinggir jalan bersama gadis yang mengaku dirinya sebagai tunangan Myung Soo. Gadis itu yang kemarin datang ke rumah sakit, yang sempat beradu mulut dengan ku dan.. juga dengan mu”

DEG!

“mengapa kau menutupi semua padaku?”
“aku hanya ingin, agar kau tidak sedih!”
“dan karena itu, kau rela tubuh mu memar seperti ini?”
“…….”
“kau rela membuat dirimu terluka hanya karena aku?”

SRET!

Luhan memeluk gadis bertubuh kecil itu kedekapannya. Sulit sekali mengatakan bahwa ia sudah terlalu dalam mencintai gadis yang dipeluk nya ini.
“ku mohon Lee Ji Eun.. jangan menangis karena nya” ujar Luhan kesal.


-Red Color-


Sampai saat ini..
Aku tidak tahu apa arti cinta..
Arti dari warna merah yang melambangkan warna cinta.
Aku tidak tahu.
Perasaan ku terhadap nya seperti apa.
Membenci nya?
Atau malah semakin menyukai nya?
Entah berapa kali ia melukai ku, dan tetap saja aku bodoh.
Aku masih merindukan nya.


-Red Color-


Tiga Tahun kemudian..

“maaf, aku harus kembali ke China”
“aku akan menunggu mu kembali Luhan Senior!”
hyung aku juga akan menunggu mu disini, tepat di tempat ini” Jihoo juga ikut mengantar Luhan kembali ke China.
Luhan tersenyum, matanya berkaca-kaca. Ia menatap Jihoo, ia merasakan kehangatan di dalam mata itu, ia sudah menganggap nya sebagai adik laki-laki yang disayangi nya. Luhan menepuk pundak Jihoo keras, “berusahalah menjadi apa yang kau inginkan, aku akan berdoa agar aku bisa melihat mu di layar tv sedang bermain basket di dalam pertandingan internasional!”
Jihoo tersenyum senang, “pasti.. nanti aku akan rindu bermain dengan mu. Cepat kembali ke Korea!”
Luhan hanya tersenyum. Ia menatap Jieun.
“hm.. baiklah, aku akan pergi sebentar. Aku mengijinkan kalian untuk berbicara berdua, santai.. aku tidak akan menganggu, tapi.. panggil aku kembali setelah kalian selesai” ujar Jihoo. Ia tahu akan tatapan Luhan terhadap Jieun. Ia ingin berbicara berdua dengan.. kekasih nya itu. Jihoo pun pergi menjauh dari tempat itu.
“Lee Ji Eun..”
“ya?”
“terima kasih telah memberikan ku ciuman pertama mu itu padaku, dan.. terima kasih telah mau menghabiskan waktu bersama ku selama tiga tahun ini”
“hey.. apa yang kau katakan?”
“mungkin.. aku..”

            Pengumuman keberangkatan pesawat yang ditumpangi Luhan pun akan segera berangkat. Ini sudah pengumuman ketiga kali nya. Kali ini Luhan harus menyerah, ia tidak melanjutkan kata-kata nya lagi. Ia hanya memberikan sepucuk surat pada Jieun.

“baca setelah aku pergi” suruh Luhan, ia tersenyum pada gadis yang dicintai nya itu.

Mata Jieun memancarkan kesedihan nya, ia rasa ada sesuatu yang janggal pada diri Luhan.

“cepat kembali ke Korea”
Luhan tersenyum.
“aku.. benar-benar akan merindukan mu” suara Jieun bergetar, terlintas di fikirannya mengingat dirinya telah banyak berhutang budi pada Xi Luhan.
Langkah Luhan semakin menjauh, tapi untung nya.. Jieun masih melihat senyuman terbaik nya itu.
“Xi Luhan! Aku benar-benar mencintai mu!” air mata Jieun pun akhirnya jatuh, ia tidak sanggup lagi menahannya.

DEG!

            Langkah Luhan pun terhenti. Ia membalikkan badan nya lagi. Berlari sekencang mungkin, tidak peduli koper yang dibawa nya ikut terseret kencang. Baru kali.. Baru pertama kali ini.. Ia mendengar Jieun berteriak seperti itu dengan tulus.

            Setibanya pria itu di hadapan Jieun, dengan cepat ia mengecup pipi Jieun lembut. Menandakan dirinya benar-benar mencintai gadis ini.

            Tanpa basa-basi lagi, Jieun memeluk Luhan sekuat tenaga. Ingin sekali membatalkan jadwal keberangkatan Luhan.

“cepat kembali”

-Red Color-


Untuk.. Lee Ji Eun.

Maaf aku meninggalkan surat ini untuk mu, berat sekali untuk mengucapkan nya padamu.
Hehe maka dari itu, aku berniat untuk menulis nya.

Sebenarnya..
keberangkatan ku ke China bukan untuk meneruskan perusahaan keluarga ku.
Melainkan..
Karena mu.

Aku benar-benar tidak sanggup untuk menjalin hubungan dengan mu.
Bukan nya karena aku tidak mencintai mu.
Justru, karena aku mencintai mu.
Aku menjadi kurang nyaman bersama mu.

Aku melihat di mata mu..
Tidak pernah menganggap ku sebagai seorang Xi Luhan.
Aku tahu..
Kau menganggap ku sebagai pria yang telah menikah 2 tahun yang lalu itu.

Maka dari itu,
Aku merasa bodoh karena selama ini hanya aku yang mencintai mu.
Ku kira,
Aku dan kau akan bahagia.
Tapi ternyata..
Hanya aku yang bahagia.

Mungkin, aku tidak akan kembali lagi ke Korea Selatan.
Aku berusaha untuk melupakan mu Jieun.
Tapi..
Jika aku tidak bisa..
ARGH aku pasti bisa!

Hey..
Ku mohon, jangan sampai Jihoo tau tentang hal ini.
Ia pasti akan marah padaku, ia juga akan marah dengan mu!

Hey Jieun..
Setelah membaca surat ini, ku mohon jangan menangis ya.

Tapi..
Kau juga jangan menganggap orang yang akan kau kencani atau yang akan kau nikahi menganggap dirinya sebagai Kim Myung Soo yang telah menikah.

Baiklah, hanya ini saja yang akan ku bahas.
Jangan pernah lupakan aku ya ^^

XI LUHAN.

Tes!

Tes!

            Air mata Jieun turun semakin deras. Entahlah.. ia benar-benar mencintai pria itu. Kim Myung Soo telah dibuang nya jauh-jauh. Contact  terakhir bersama Myung Soo pun disaat pria itu menikah bersama gadis imut yang telah menjadi tunangan nya.


-Red Color-


5 tahun kemudian.


“Jieun! Kau mau kemana?” tanya Ibu dari dapur.
Setelah memberi makan kucing putih nya itu, ia langsung mengambil tas selempang yang berada di sofa yang terletak di ruang tengah yang cukup besar itu. Lalu, gadis itu cepat-cepat menggunakan sepatu kerja nya dengan cepat.
“aku akan bekerja!”
“hey.. ini adalah hari libur! Jangan berbohong Jieun!”
“tidak, aku tidak berbohong bu! Aku mengambil kerja paruh waktu di sebuah toko ramen!”
“untuk apa?”
“untuk memberi makan orang-orang yang kurang beruntung seperti kita dulu” jawab Jieun sambil tersenyum, ia mengikat tali sepatu itu merangkai sebuah pita.
Ibu tersenyum menyadari rasa sosial anak nya itu sangat tinggi, “baiklah.. hati-hati”
“hm!” Jieun membuka knop pintu rumah yang dibelinya bersama Jihoo, adiknya 2 tahun yang lalu.  Jieun dan Jihoo berhasil mengumpulkan hasil jerih payah mereka untuk membeli rumah luas bertemakan sederhana ini. Jieun mengambil jurusan Arsitektur setelah ia tamat dari Sekolah Tinggi nya, lain lagi dengan Jihoo. Sekarang, ia menjadi pemain basket terkenal yang telah berkeliling ke berbagai mancanegara.
Jieun tersenyum melihat jalan yang di lalui nya, “masa remaja ku.. benar-benar indah” ia kembali mengingat kejadian beberapa tahun silam.
“hh… Luhan Senior benar-benar tidak kembali. Padahal, aku rindu padanya” ya, setelah kepergian Luhan ke China. Jieun benar-benar fokus pada pendidikannya dan pekerjaan nya, sehingga.. ia tidak pernah berniat untuk mencari pasangan hidup. Kali ini ia merindukan sesosok pria yang sudah lama tidak ditemuinya..
“pasangan ku sudah diatur oleh tuhan” ujar nya sambil tersenyum.

            Sesampainya di toko ramen, tempat ia bekerja paruh waktu. Jieun segera bertugas, menjadi seorang pelayan. Toko ini benar-benar membutuhkan dirinya, hari ini toko ramen ini sangat ramai oleh pengunjung.

            Jieun dapat bekerja disini karena ia merupakan teman dekat pemilik toko ini. Waktu itu, pemilik toko ini memintai Jieun untuk mendesain toko ini seunik mungkin. Sehingga, pengunjung tertarik berbelanja di toko ramen itu.

“hh.. semangat!” gumam Jieun, ia menghembuskan nafas nya. Sudah 3 jam lebih ia bekerja non stop, kali ini ia akan melayani tamu yang duduk di tempat duduk yang sering diburu pengunjung. Karena tempat itu lah yang paling nyaman, di tempat itu lah pengunjung dapat melihat pemandangan alam dari jarak jauh.
“selamat datang di toko ramen Yong! Mau pesan apa tuan?” tanya Jieun ramah, layak nya pelayan restoran bintang 5.
Pria itu menoleh ke arah Jieun, matanya sedikit melebar, “k.. kau Jieun?”
“Lee.. Ji.. Eun?”
“Kim Myung Soo?”

-Red Color-


“apa yang kau lakukan disini?” tanya Myung Soo setelah berhasil menarik Jieun keluar toko ramen.

Jieun masih tidak percaya, mengapa aku bisa bertemu dengan pria ini? padahal.. aku sudah tidak tinggal di Seoul lagi, aku.. tinggal di desa, Suncheon.

“hey.. jawablah”
“ahh.. aku bekerja”
“pftt.. untuk apa? Membantu orang kurang beruntung?”
“hey! Jangan menertawai ku! itu adalah pekerjaan paling… mulia! Kau tahu itu?” ujar Jieun galak.
“baik-baik, aku tahu”
Hening.
“ah.. lalu kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?”
“aku ingin bertemu dengan tuan Yong”
“ah.. paman Yong”
“kau kenal?”
“tentu!”
“ah, benar juga, kau kan anak buah tuan Yong”

            Pria lanjut usia yang bername tag ‘Yong Jung Min’ itu pun keluar dari toko
.
“wah.. tuan Kim Myung Soo. Kau sudah datang?”
Myung Soo menundukkan badannya, “ya”
“ahh~ paman Yong!” sahut Jieun ceria, ia memegang lengan Yong hangat. Seakan kakek dengan cucu nya.
“kalian sudah saling mengenal?” tanya Yong terkejut.
“hm.. kami dulu satu sekolah di Sekolah Tinggi” jawab Myung Soo sopan.
“paman, apa kau tahu.. dia adalah mahluk yang paling menyebalkan di sekolah” bisik Jieun pada Yong. Pria tua itu hanya tertawa.
“tapi sayang.. kau akan bersama nya agak lama” kata Yong yang membuat Jieun maupun Myung Soo terkejut.
“Myung Soo, ini adalah orang yang kau cari” Yong menunjuk Jieun.
“ha? Apa tidak salah?” tanya Myung Soo sambil mengerjapkan kedua mata nya berkali-kali.
“Lee Ji Eun lah yang mendesain struktur toko ini sehingga terbentuk menarik. Dia adalah arsitek yang handal” ujar Yong sambil tersenyum, seakan tahu ada ‘sesuatu’ diantara mereka berdua.
“benarkah? Hahahaha aku tidak percaya jika bocah kecil seperti dia adalah arsitek yang menganggumkan!” tawa Myung Soo.
Jieun berusaha menahan amarah nya, “paman, apa dia adalah orang yang kau ceritakan itu? Dia.. adalah klien baru ku?” tanya Jieun pelan pada Yong. Mengingat Yong yang usia nya sudah lagi tidak muda.
“hm” Yong mengangguk.
“arghh.. pasti kontrak nya tidak bisa dibatalkan!” keluh Myung Soo.
“akhh.. aku tidak ingin pria itu yang menjadi klien ku!” rengek Jieun.
Yong hanya tertawa puas.


-Red Color-

Seminggu berlalu..


“bagaimana keadaan Luhan?” tanya Myung Soo. Myung Soo dan Jieun kali ini berada di kedai kopi yang jarak nya tidak jauh dari toko ramen milik paman Yong. Mereka berdua tengah membahas rancangan Gedung baru agensi milik keluarga Kim, yang sekarang di pegang Myung Soo.
“baik, tapi.. ia tidak akan pernah kembali”
“mengapa?”
“banyak alasan”
Hening.
“lalu, bagaimana dengan istri mu?”
“aku sudah bercerai”
“haa?” mulut Jieun membentuk sebuah huruf ‘O’ ia juga membelalakan kedua matanya, menandakan ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Myung Soo.
“apa kau tidak pernah tahu info itu?”
Jieun menggeleng, “sejak kapan kau bercerai?”
“hm.. lima tahun yang lalu”
“APA?” lagi, Jieun menampakkan ekspresi yang sama saat ia terkejut tadi.
Myung Soo tertawa, “apa kau benar-benar tidak melihat info? 5 tahun lalu berita itu sangat gempar”
Jieun menutup mulut nya, “waktu itu.. aku benar-benar tidak peduli dengan perkembangan lingkungan di sekitar ku. Aku hanya.. fokus pada pendidikan ku”
“ah~ lalu, keadaan mu dengan Luhan bagaimana?”
“kami? Sudah berakhir lima tahun yang lalu” jawab Jieun sambil tersenyum, lalu kembali menulis rancangan-rancangan nya.
Ada senyum yang mengembang di wajah Myung Soo.
“oh iya, jika boleh tahu.. apa penyebab kau ber.. berpisah dengan..” tanya Jieun pelan, takut menyinggung.
“karena aku tidak mencintai nya”
“……….”
“selama pernikahan itu, aku tidak pernah satu ranjang dengan nya, aku bersikap tidak peduli padanya.. aku risih dengan tingkah nya yang berlebihan, dan lima tahun yang lalu.. aku membulatkan tekad ku untuk berpisah. Dan sekarang.. aku merasa sangat bebas”
Jieun tersenyum, “ya, seperti ini lebih baik”
Hening.


-Red Color-


Beberapa bulan berlalu..


            Jieun dan Myung Soo kini kembali dekat. Hubungan mereka kini benar-benar sangat baik. Tidak ada rasa canggung diantara mereka. Bahkan, kejadian di saat Sekolah Tinggi itu pun terulang kembali. Seperti assisten bola waktu itu, Jieun kembali disuruh berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Myung Soo. Setiap Jieun menanyakan alasan nya, Myung Soo pasti akan menjawab.

“sekarang aku adalah bos mu, kau telah berkait dengan project besar ku. Jika kau tidak mau terlibat apapun dengan ku, kau akan bermasalah dengan hukum!”

            Dan mau tidak mau, Jieun menuruti apa yang dikatakan Myung Soo saat itu juga.

            Akhirnya.. Gedung mewah itu pun jadi. Dengan waktu yang cukup lama, Jieun juga membantu sedikit desain interior di dalam gedung itu. Pada saat peresmian gedung itu, Myung Soo mengucapkan ucapan terima kasih dan, orang yang pertama kali ia sebut adalah Lee Ji Eun.

“terima kasih telah membantu banyak dalam project ini, jika bukan karena nya gedung ini tidak akan pernah jadi. Aku sangat berhutang padanya, tapi.. akan segera ku bayar” tawa Myung Soo, membuat para wartawan maupun undangan yang turut berada dalam acara tersebut tertawa. Tapi tidak dengan Jieun yang memang berada di dalam ruangan itu juga.
“tidak lucu sama sekali”
“masih pada orang yang sama.. hmm..” Myung Soo menghela nafas.
“aku sangat berterima kasih padanya, karena ia telah kembali ke kehidupan ku” Myung Soo tersenyum tulus, entah senyumannya itu menandakan sebuah perasaan yang tidak bisa di dekskripsikan.


-Red Color-


“kau benar-benar tidak lucu!” ujar Jieun ketika ia dan Myung Soo merayakan hari kemenangan mereka di toko ramen milik paman Yong.
“aku tidak melucu”
“tapi.. kalimat mu tadi saat acara membuat netizen menganggap kita memiliki hubungan yang cukup serius!”
“tapi.. aku serius dengan hal itu”
“eh.. m.. maksud mu?”
Myung Soo tampak mengeluarkan sesuatu dari tas nya. Sebuah buku tabungan.
“apa itu?” tanya Jieun penasaran.
“buku tabungan”
“ahh, yang itu juga aku tahu, maksud ku mengapa kau menunjukkan buku itu padaku?”
“sebelumnya, kau masih ingat dengan janji kita 8 tahun silam?”
Jieun terdiam, berusaha mengingat.. ah!, “ya, aku ingat”
“hm” Myung Soo tersenyum, “baguslah, berarti kau masih ingat dengan janji percaya padaku. Dan kesempatan mu sekarang tinggal satu?”
Jieun mengangguk.
Myung Soo tersenyum, lalu ia menyerahkan buku tabungan itu pada Jieun, “bukalah” kata Myung Soo sambil terus tersenyum.

            Jieun membuka buku tabungan tersebut. Dilihat nya nama tabungan yang tertera : ‘Kim Ji Eun’. Jieun melihat tabungan yang sudah mencapai ratusan juta won bahkan lebih. Di halaman terakhir, terdapat tulisan..


Kumohon. Percayalah padaku lagi untuk terakhir kalinya.


“percaya padamu? Untuk segi apa?” pertanyaan Jieun mengingatkan Myung Soo ke tahun-tahun sebelumnya.
“disaat kau menjadi assisten ku.. entahlah aku memiliki perasaan berbeda ketika bersama mu, aku nyaman bersama mu. Apalagi ketika menjahili mu” Myung Soo tertawa kemudian ia melanjutkannya lagi, “dan.. ketika kau terlelap di samping mesin minuman sambil menunggu ku selesai berlatih aku memiliki rencana bodoh yang sampai saat ini ku jalani”
“a.. apa itu?”
“aku menabung untuk biaya kehidupan keluarga ku di masa depan, menggunakan hasil jerih payah yang ku dapatkan”

            Jieun mengingat memory beberapa tahun silam, ketika ia bersama Luhan yang heran melihat tingkah Myung Soo. Ketika itu, Jieun bertanya kemana Myung Soo pergi. Dan Luhan menjawab “mungkin ke bank”. Apakah mulai dari sana Myung Soo melakukan kegiatan menabung itu?

“bukankah waktu itu kau sudah menikah? Mengapa di buku ini sama sekali tidak ada penarikan?” tanya Jieun heran.
“karena dari awal aku bertemu dengan mu aku hanya ingin.. kau yang menjadi istri ku”

DEG!

“apakah.. kau mau menikah dengan ku?”


-Red Color-


Dan akhirnya..
Aku dan dia menemukan warna merah yang selama ini kami berdua cari.
Ternyata..
Tuhan memang sudah merencanakan apapun, sekalipun itu pasangan.

Dan akhirnya..
Kisah warna merah ini selesai.



-Red Color - The End-


Note :
Selesai :)
Ditunggu comment dan project baru ku, terimakasih ^^
Eh iya, maaf ending nya rada rada rada -____- maklum kan lah!
untuk cover juga rada-rada ^^
Sip.. kunjungi juga ya blog aku di www.kaniadinata.wordpress.com terima kasih ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

isi nama kalian ya :) komen apapun juga, kritik juga gak apa kok :D